PAPUA - Aksi kekejaman kembali mengguncang Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XVIII di bawah komando Peni Murib diduga menjadi pelaku pembakaran brutal terhadap sejumlah honai rumah adat khas Papua milik warga sipil, Rabu (23/7/2025).
Penyerangan terjadi saat fajar menyingsing. Sejumlah warga menyaksikan langsung kelompok bersenjata memasuki perkampungan dan membakar honai, lumbung makanan, serta peralatan tani. Warga pun panik dan terpaksa menyelamatkan diri ke wilayah aman, meninggalkan rumah dan seluruh harta benda yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun.
“Membakar Honai Adalah Membakar Harga Diri Orang Papua”
Tokoh adat Ilaga, Yosef Kalakmabin, mengecam keras tindakan yang disebutnya sebagai penghianatan terhadap budaya Papua.
“Honai bukan sekadar rumah. Itu lambang kehormatan, kebersamaan, dan identitas kami. Membakar honai berarti membakar harga diri masyarakat Papua. Ini bukan perjuangan ini kejahatan terhadap kemanusiaan, ” tegas Yosef.
Tak hanya dari kalangan adat, suara protes juga datang dari generasi muda. Yulianus Telenggen, tokoh pemuda asal Puncak, menilai bahwa tindakan kelompok Peni Murib telah menyimpang jauh dari nilai perjuangan yang mereka klaim selama ini.
“Selalu rakyat yang jadi korban. Mereka yang mengaku pejuang, tapi menodongkan senjata ke rakyat sendiri. Ini bukan gerakan kemerdekaan, tapi gerakan teror dan pemaksaan, ” ujarnya.
Masyarakat Menuntut Perlindungan dan Kepastian Keamanan
Serangan ini menjadi pukulan telak bagi masyarakat Ilaga yang selama ini berupaya menjaga kedamaian di tengah konflik bersenjata. Warga berharap aparat keamanan segera mengambil langkah tegas untuk menindak pelaku kekerasan dan menjamin keamanan warga sipil di wilayah pedalaman Papua.
Aksi yang dilakukan kelompok OPM Kodap XVIII di bawah pimpinan Peni Murib ini dinilai semakin memperlebar jarak antara kelompok bersenjata dan masyarakat Papua yang sesungguhnya mendambakan hidup damai, aman, dan bermartabat.