Kompos Daun Warga, Herman Djide: Solusi Sederhana, Manfaat Luar Biasa

3 hours ago 2

PANGKEP SULSEL - Dalam kehidupan masyarakat perkampungan maupun daerah pinggiran hutan, daun-daun kering sering kali dianggap sebagai sampah yang harus dibakar atau dibuang. Padahal, di balik tumpukan daun yang terlihat sepele itu, tersembunyi potensi besar untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menunjang ketahanan pangan. Program "Kompos Daun Warga" adalah salah satu solusi sederhana namun berdampak besar jika dijalankan dengan kesadaran bersama.

Demikian di ungkapkan Herman Djide, Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD ) Jurnalis Nasional Indonesia ( JNI ) Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan ( Pangkep) saat berkunjung ke kediaman mantan Camat Tondong Tallasa Imran Fatta Selasa (8/7/2025)

Pimpinan Redaksi Media Indonesia Satu Perwakilan Kabupaten Pangkep yang di juluki media seribu portal ini diajak jalan jalan melihat kondisi rumah kediamannya yang di sulap bentuk wisata di pinggiran sungai, di sebelahnya ada gunung penuh dengan daun daun pohon.

Imran Fatta yang di ajak konsultasi tentang pemanfaatan potensi lokal berkata bahwa daun daun itu juga bisa di kelola jadi kompos dan di manfaatkan untuk kesuburan tanah di kebun, hanya saja hal ini bisa di realisasikan kepada petani atau warga kampung bila secara kontinyu di lakukan penyuluhan bersifat kolektif sebab masyarakat tani itu baru bisa bergerak bila mengetahui cara buat dan di beri motivasi.

" Apabila hal itu tidak dilakukan tentang pendidikan atau pelatihan buat kompos, yakin tak akan  terealisasi, itupun juga di barengi dengan fasilitas membuat kompos terhadap komunitas yang di latih itu tadi" ujarnya.

Sementara itu Herman Djide melanjutkan bahwa Daun yang gugur secara alami adalah bagian dari siklus kehidupan tumbuhan. Dalam ekosistem hutan, daun-daun ini akan terurai oleh mikroorganisme dan kembali menjadi unsur hara bagi tanah. Namun di lingkungan permukiman, proses ini sering terputus karena kebiasaan membakar daun yang tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga menghilangkan potensi nutrisi yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Inilah mengapa pendekatan pengolahan daun menjadi kompos perlu digaungkan.

"Kompos Daun Warga" bukan sekadar program lingkungan, tapi juga bisa menjadi gerakan sosial dan ekonomi. Melalui pelatihan sederhana, warga dapat belajar membuat kompos padat dan kompos cair dari bahan-bahan yang mudah ditemukan seperti daun, rumput, sisa dapur, dan kotoran hewan. Hasil kompos ini bisa digunakan sendiri untuk kebun sayur, tanaman hias, atau bahkan dijual sebagai pupuk organik dengan merek lokal.

Keunggulan lain dari program ini adalah menciptakan budaya gotong royong dalam pengelolaan lingkungan. Jika setiap RT atau dusun memiliki satu tempat pengomposan, maka lingkungan menjadi lebih bersih, produktif, dan sehat. Anak-anak juga bisa belajar sejak dini tentang pentingnya daur ulang alami, yang berdampak pada kesadaran ekologis generasi mendatang.

Selain manfaat agrikultur, "Kompos Daun Warga" bisa menekan ketergantungan pada pupuk kimia yang harganya terus naik. Petani lokal dapat memperoleh pupuk murah dan alami dari lingkungan sekitar. Dalam jangka panjang, ini mendukung pertanian berkelanjutan dan meminimalisir pencemaran tanah dan air akibat bahan kimia sintetis.

Pemerintah desa, kelompok tani, sekolah, hingga lembaga keagamaan bisa dilibatkan untuk menyukseskan gerakan ini. Dengan sedikit modal, bantuan pelatihan, dan semangat kolaboratif, "Kompos Daun Warga" bisa menjadi program unggulan desa yang ramah lingkungan sekaligus berorientasi ekonomi. Tak hanya mendaur ulang daun, tetapi juga menghidupkan kembali nilai gotong royong dan kemandirian pangan warga.

Singkatnya, daripada membiarkan daun kering menjadi beban lingkungan, lebih baik kita ubah menjadi sumber daya yang bermanfaat. Program "Kompos Daun Warga" adalah bentuk nyata dari inovasi lokal yang berakar pada kearifan ekologi dan kebersamaan sosial. Dari daun yang jatuh, tumbuh harapan untuk bumi yang lebih subur dan desa yang lebih mandiri. ( Ince Arifin)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |