PAPUA - Gelombang penolakan terhadap keberadaan dan aktivitas kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin menggema di seluruh Tanah Papua. Para tokoh adat dari berbagai wilayah secara terbuka menyatakan penolakan keras terhadap kelompok yang dinilai hanya membawa ketakutan, kekerasan, dan penderitaan bagi rakyat Papua.
Yonas Wakerkwa, Ketua Dewan Adat Wilayah La Pago, dengan tegas mengungkapkan bahwa tindakan OPM seperti penembakan terhadap warga sipil, pembakaran fasilitas umum, dan penyanderaan tenaga pendidik serta kesehatan adalah bukti nyata bahwa mereka sama sekali tidak peduli dengan masa depan Papua. “Kami tolak kehadiran mereka. Mereka bukan pejuang, mereka adalah sumber penderitaan bagi rakyat Papua, ” ujarnya dengan penuh keyakinan, Minggu (29/6/2025).
Pernyataan serupa juga datang dari Markus Dogopia, Ketua Lembaga Masyarakat Adat Mee Pago. Markus menekankan bahwa masyarakat adat sudah terlalu lama hidup dalam ketakutan akibat kekerasan yang terus terjadi di kampung-kampung. “Yang kami butuhkan adalah sekolah, puskesmas, jalan, dan air bersih. Kami tidak membutuhkan senjata dan teror, ” tegasnya dengan nada serius, menggambarkan harapan masyarakat yang ingin hidup damai dan sejahtera.
Tak kalah penting, Maria Werembai, tokoh perempuan adat dari wilayah Anim Ha, mengecam keras eksploitasi anak muda oleh OPM. Maria mengungkapkan kekhawatirannya terhadap masa depan generasi muda Papua yang sering kali dipaksa untuk bergabung dengan kelompok bersenjata. “Anak-anak kami seharusnya belajar, bukan diajari memegang senjata. Kami menolak OPM merusak masa depan generasi kami, ” ungkapnya dengan emosi yang mendalam.
Dalam pernyataan bersama yang dibacakan di akhir pertemuan, para tokoh adat menegaskan komitmen mereka untuk bekerja sama dengan pemerintah dan aparat keamanan guna menciptakan perdamaian di seluruh Papua. Mereka juga menyerukan kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh narasi-narasi OPM yang kerap mencoba mengadu domba melalui isu suku, agama, dan ras.
Seruan ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat adat Papua semakin bersatu dan menegaskan bahwa mereka ingin hidup dalam kedamaian, dengan fokus pada pembangunan dan kesejahteraan, bukan di tengah-tengah teror dan kekerasan yang diciptakan oleh kelompok-kelompok separatis. (Red)