PANGKEP – Potensi perikanan di wilayah kepulauan Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, sebenarnya sangat besar. Jenis ikan seperti ikan layang dan tuna kecil melimpah di perairan sekitar, namun hingga kini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat lokal.
Hingga saat ini, hasil tangkapan nelayan di wilayah kepulauan Liukang Tangaya masih dijual langsung ke pengumpul tanpa proses pengolahan. Padahal, jika dilakukan inovasi seperti pengalengan ikan, nilai tambah dari komoditas ini bisa meningkat drastis.
Salah satu tokoh pendidikan di wilayah ini, Basri, yang pernah mengabdi selama puluhan tahun di beberapa SDN termasuk SDN 23 Matalaang, Desa Sabalana, Kecamatan Liukang Tangaya, mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya inovasi pascapanen oleh masyarakat setempat.
“Selama ini nelayan hanya tahu menangkap ikan, lalu menjualnya. Padahal kalau ada usaha pengalengan ikan di sini, bukan hanya hasil laut yang naik nilainya, tapi juga bisa menciptakan lapangan kerja baru, ” ujar Basri saat ditemui di Warkop Karya, Ruko Palampang, Pangkajene, Selasa (13/5/2025).
Menurut Basri, potensi sumber daya laut di kepulauan Pangkep tidak kalah dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang telah lebih dahulu mengembangkan industri perikanan modern. Ia berharap ada pihak yang mau memulai, baik dari kalangan swasta maupun dukungan pemerintah Desa.
Ikan layang dan tuna kecil adalah jenis ikan yang sangat cocok diantaranya untuk dijadikan produk ikan kaleng. Selain memiliki cita rasa yang disukai masyarakat, keduanya juga mudah diawetkan dan dapat didistribusikan ke berbagai daerah dengan daya tahan produk yang tinggi.
Kondisi geografis wilayah kepulauan sebenarnya sangat strategis. Dengan jalur laut yang terbuka dan dekat dengan pasar di Sulawesi Selatan, potensi distribusi hasil pengolahan ikan bisa menjangkau berbagai kota bahkan ke luar provinsi.
Sayangnya, hingga kini belum ada inisiatif konkret untuk membangun unit pengalengan ikan berskala kecil atau menengah di wilayah ini. Basri menyebutkan bahwa edukasi dan pelatihan tentang pengolahan hasil laut juga masih sangat minim.
Ia berharap pemerintah Desa bisa menghadirkan pelatihan atau program pemberdayaan yang mengajarkan masyarakat, khususnya pemuda dan ibu rumah tangga, bagaimana mengelola ikan menjadi produk siap saji bernilai jual tinggi.
“Kalau usaha pengalengan ini jalan, tidak menutup kemungkinan Sabalana dan kepulauan lainnya bisa dikenal sebagai sentra ikan kaleng lokal yang punya kualitas ekspor, ” tambahnya penuh optimisme.
Selain memberi nilai tambah secara ekonomi, pengolahan ikan juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi limbah ikan dan menjaga kualitas hasil tangkapan yang kerap menurun jika tidak segera dijual atau diawetkan.
Basri berharap suara dan gagasannya ini bisa menggugah perhatian pemangku kepentingan, termasuk dinas perikanan dan koperasi, agar melihat potensi besar yang selama ini tertidur di perairan Pangkep.
“Ini peluang emas. Tinggal kemauan dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha untuk mewujudkannya, ” pungkasnya.( Herman Djide)