Di Batas Batu, Hati TNI Menyatu: Aksi Kemanusiaan di Ujung Negeri Papua

8 hours ago 6

NDUGA - Di tengah sunyi dan kerasnya alam pedalaman Papua, saat jarak menjadi penghalang dan medan menjadi ujian, ada kehadiran yang memberi secercah harapan: prajurit TNI dari Satgas Pamtas Mobile Yonif 733/Masariku hadir bukan dengan perintah semata, tetapi dengan panggilan nurani. Di Titik Kuat Batas Batu, Distrik Krepkuri, Kabupaten Nduga, Minggu (27/7/2025), mereka menyelenggarakan pelayanan kesehatan gratis untuk warga sekitar sebuah bentuk kemanusiaan nyata yang melampaui batas tugas.

Dipimpin oleh Serda Rizky, prajurit TNI membuka layanan sejak pagi hari. Tanpa klinik megah atau alat canggih, mereka mengandalkan semangat, ketulusan, dan ilmu yang dibawa dari jauh untuk menjangkau masyarakat yang selama ini hidup di balik keterbatasan akses dan perhatian.

Warga datang dalam diam yang penuh harapan anak-anak dengan mata penasaran, ibu-ibu menggendong bayi, hingga para lansia yang melangkah pelan namun penuh semangat. Di tempat itu, tak ada jarak antara loreng dan rakyat. Mereka semua bertemu dalam ruang kemanusiaan yang setara: ruang untuk disembuhkan, didengar, dan dimanusiakan.

“Kami sulit ke puskesmas. Jalannya jauh dan tak ada kendaraan. Tapi TNI datang, itu sangat berarti, ” ucap Bapak Yustus, seorang warga yang hadir bersama keluarganya. Ucapannya mungkin sederhana, tetapi maknanya dalam: ini bukan sekadar pemeriksaan kesehatan, ini adalah kehadiran negara yang nyata, menyentuh langsung denyut nadi rakyat.

Obat-obatan umum, vitamin untuk anak-anak, dan penyuluhan tentang pola hidup bersih dibagikan tanpa pamrih. Semua dilakukan oleh prajurit dengan kesabaran dan kasih — sesuatu yang tak tercantum dalam kurikulum tempur, tapi menjadi kekuatan utama mereka di medan tugas kemanusiaan.

Lebih dari Sekadar Keamanan: TNI yang Menyembuhkan

Komandan Satgas Yonif 733/Masariku, Letkol Inf Julius Jongen Matakena, menyatakan bahwa aksi ini adalah bukti konkret bahwa TNI tidak hanya menjadi penjaga teritori, tetapi juga pelayan rakyat yang hadir membawa solusi, bukan intimidasi.

“Kesehatan adalah hak dasar. Ketika masyarakat Papua kesulitan mendapatkannya, maka tugas kami bukan hanya menjaga perbatasan, tapi juga merawat kehidupan, ” tegasnya. Ia menambahkan bahwa kegiatan seperti ini akan terus dilakukan secara berkelanjutan, menjangkau titik-titik terpencil lainnya yang juga haus akan perhatian.

Apresiasi Pangkoops: Bukti Kemanunggalan TNI dan Rakyat

Apresiasi juga datang dari Panglima Komando Operasi TNI (Pangkoops) Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, yang melihat langsung makna strategis dan moral dari kegiatan tersebut.

“Apa yang dilakukan Satgas Yonif 733/Masariku adalah wajah asli TNI: tangguh dalam tugas, lembut dalam kemanusiaan. Di tengah segala keterbatasan medan, mereka tak menyerah untuk hadir, membantu, dan menyembuhkan. Inilah bentuk kemanunggalan sejati TNI dan rakyat Papua, ” ujar Mayjen Lucky.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa TNI berkomitmen tidak hanya menjaga wilayah kedaulatan NKRI, tetapi juga menjadi bagian dari proses peningkatan kualitas hidup masyarakat Papua, dari sisi kesehatan, pendidikan, hingga pemberdayaan ekonomi.

Papua di Hati, TNI di Tengah Rakyat

Kegiatan pelayanan kesehatan di Nduga bukanlah kegiatan seremonial. Ini adalah cerita kecil dengan dampak besar. Ini tentang anak-anak yang tak lagi takut demam karena tahu ada TNI yang bisa menyembuhkan. Ini tentang ibu-ibu yang tak lagi sendiri menghadapi kehamilan tanpa akses dokter. Ini tentang prajurit yang membuka noken hati untuk masyarakat yang selama ini dipinggirkan.

Di ujung negeri, di batas yang jauh dari pusat kekuasaan, TNI hadir bukan dengan tekanan, tapi dengan ketulusan. Bukan dengan senjata, tapi dengan stetoskop. Bukan untuk menaklukkan, tapi untuk membangun kembali kepercayaan bahwa negara peduli dan tak pernah benar-benar pergi.

Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono

Read Entire Article
Karya | Politics | | |