PANGKEP SULSEL - Desa Lanne dan Desa Bonto Birao, dua desa bertetangga di Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, mencatatkan prestasi membanggakan dalam sektor pertanian. Menurut Kepala Desa Lanne, Muhammad Sukri, dua desa tersebut mampu menghasilkan kurang lebih Rp 50 miliar per tahun dari komoditas kacang tanah.
Dalam pertemuan konsultasi yang digelar pada Sabtu (31/5/2025), Muhammad Sukri mengungkapkan bahwa Desa Lanne sendiri memiliki sekitar 250 hektar lahan perkebunan dan persawahan yang secara rutin ditanami kacang tanah dua kali dalam setahun. Produktivitas ini menunjukkan potensi luar biasa dari sektor pertanian lokal.
"Kalau kita lihat dari luasan lahan dan hasil panennya, maka dari dua desa yakni Lanne dan Bonto Birao, bisa mencapai angka sekitar Rp 50 miliar per tahun hanya dari kacang tanah, " ujar Sukri dengan penuh semangat.
Bonto Birao sebagai desa tetangga juga memiliki luasan dan komitmen pertanian serupa, sehingga kontribusinya terhadap capaian nilai ekonomi itu sangat signifikan. Kombinasi dua desa ini menjadikan kawasan tersebut sebagai salah satu lumbung kacang tanah di Kabupaten Pangkep.
Namun, potensi Desa Lanne tidak berhenti pada sektor pertanian saja. Sukri menyebutkan bahwa ternak sapi juga menjadi sumber pendapatan penting. "Kalau dari ternak sapi, Desa Lanne bisa menghasilkan sekitar Rp 1 miliar setiap tahunnya, " tambahnya.
Dengan kekayaan potensi yang dimiliki, pemerintah desa telah mengambil langkah strategis untuk memperkuat ekonomi masyarakat melalui pembentukan koperasi. Koperasi yang diberi nama “Merah Putih” kini menjadi wadah untuk mengelola dan mengembangkan hasil produksi warga.
"Kami sudah bentuk Koperasi Merah Putih, harapannya ini bisa menjadi motor penggerak ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, " jelas Sukri. Melalui koperasi ini, berbagai sektor akan dikelola secara lebih profesional dan terarah.
Ia juga berharap koperasi tersebut dapat mendorong peningkatan infrastruktur desa, terutama akses jalan yang memadai. Jalan desa yang bagus tentu akan memudahkan distribusi hasil pertanian dan peternakan, sekaligus membuka akses untuk potensi wisata desa.
Desa Lanne diketahui memiliki berbagai daya tarik wisata alam dan budaya yang belum tergarap secara maksimal. Sukri optimis, pengembangan pariwisata bisa menjadi penopang ekonomi tambahan bagi warga di masa depan.
Pemerintah desa juga mendorong generasi muda agar lebih terlibat dalam pertanian modern dan peternakan berkelanjutan, mengingat tingginya nilai ekonomis dari potensi yang sudah ada. Langkah ini juga diharapkan dapat mencegah urbanisasi dan meningkatkan rasa bangga terhadap desa sendiri.
Dengan pencapaian tersebut, Desa Lanne dan Bonto Birao menjadi contoh bagaimana pengelolaan potensi lokal yang tepat dapat mengangkat ekonomi desa secara signifikan. Sukri menekankan pentingnya kolaborasi antar warga, pemerintah, dan koperasi dalam menjaga dan mengembangkan hasil yang sudah diraih.
Ia juga mengajak pihak luar, termasuk pemerintah kabupaten dan provinsi, untuk lebih memperhatikan dan mendukung desa-desa produktif seperti Lanne dan Bonto Birao. “Kalau desa kami maju, maka daerah juga akan maju. Ini saatnya desa bersinar, ” pungkasnya.( Herman Djide)