PANGKEP SULSEL– Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan kembali menunjukkan keseriusannya dalam upaya menurunkan angka stunting melalui Program Aksi Stop Stunting (ASS). Program ini menyasar 21 lokus prioritas yang tersebar di wilayah Pangkep.
Sebanyak 21 Tenaga Pendamping Gizi Desa (TPGD) resmi diterjunkan untuk bertugas di desa-desa tersebut. Para pendamping ini diterima langsung oleh Bupati Pangkep Muhammad Yusran Lalogau, Ketua TP PKK Pangkep, serta Kepala Dinas Kesehatan Hj Herlina dalam acara yang digelar di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep.
Dalam sambutannya, Bupati Yusran menegaskan bahwa Program ASS merupakan bagian dari strategi besar Pemerintah Provinsi Sulsel dalam menurunkan prevalensi stunting. Ia menekankan pentingnya kerja nyata dan kolaborasi lintas sektor, termasuk dukungan dari masyarakat.
“Ini bukan hanya program biasa. Ini aksi nyata untuk menyelamatkan generasi masa depan dari bahaya stunting, ” tegas Yusran.
Yusran juga menyampaikan lima poin utama yang menjadi fokus program ASS. Pertama, deteksi dan penemuan dini kasus balita stunting dan wasting. Kedua, penguatan Rumah Gizi sebagai pusat layanan dan edukasi masyarakat.
Ketiga, pencatatan data gizi yang akurat dan terintegrasi sebagai dasar perencanaan dan evaluasi. Keempat, pendampingan keluarga penerima manfaat (KPM) secara terus menerus oleh kader PKK, KB, dan Posyandu. Kelima, pelaksanaan evaluasi dan monitoring berkala terhadap hasil dan dampak program.
Kepala Dinas Kesehatan Pangkep, Hj Herlina, menjelaskan bahwa 21 lokus yang dipilih merupakan wilayah dengan tingkat stunting yang cukup tinggi. Oleh karena itu, penempatan TPGD difokuskan pada desa-desa yang membutuhkan intervensi segera.
“Setiap pendamping akan menangani 30 anak di setiap lokus. Target kita adalah memastikan anak-anak ini mendapatkan pendampingan gizi secara komprehensif, ” jelas Herlina.
Lebih lanjut, Herlina menegaskan bahwa TPGD tak hanya menangani kasus stunting, namun juga gizi buruk dan masalah kelebihan berat badan pada anak. Hal ini sejalan dengan pendekatan gizi seimbang yang menjadi prioritas pemerintah.
Ia juga menaruh harapan besar agar program ini tidak hanya berjalan baik di atas kertas, tapi benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat. “Kita berharap orang tua yang memiliki anak stunting terbuka dan mau bekerja sama dengan tim pendamping, ” ujarnya.
Keberhasilan program ini juga akan sangat bergantung pada sinergi semua pihak, mulai dari pemerintah desa, kader kesehatan, hingga tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh di lingkungannya.
Dengan dimulainya penugasan TPGD di 21 desa, Pemkab Pangkep menargetkan penurunan signifikan angka stunting dalam waktu dekat. Kolaborasi dan kerja bersama disebut sebagai kunci utama keberhasilan program ini.
Masyarakat pun diimbau untuk mendukung penuh para TPGD yang bertugas di lapangan. Diharapkan, kehadiran mereka mampu mengubah paradigma masyarakat tentang pentingnya asupan gizi sejak dini. ( Herman Djide)