PANGKEP SULSEL - Mengawali Unit Usaha setelah pembentukan koperasi desa, tanpa menunggu kucuran pinjaman modal usaha dari luar, sebaiknya pengurus koperasi desa mulai membuka unit usaha seperti unit usaha wisata alam dengan memanfaatkan sesuai potensi lokal.
Tentu hal ini bisa memberikan membuktian bahwa semangat gotong royong mampu mengatasi tantangan besar. Dengan semangat persatuan, mereka berhasil membuka unit usaha wisata alam, meski tanpa menunggu kucuran anggaran, " Tanpa memiliki modal uang sepeser pun. Langkah ini tentu bisa menjadi inspirasi baru bagi desa-desa lain yang ingin mandiri secara ekonomi"
Ide buka unit usaha koperasi di bidang wisata alam, dengan menggali potensi lokal muncul setelah merasakan atas ketergantungan pada tengkulak. Sejumlah tokoh masyarakat dan pemuda desa kemudian membentuk tim kecil untuk menggali potensi desa yang bisa diolah bersama. Dalam beberapa pekan, kami yakin bisa menyusun rencana usaha dan menyepakati bentuk unit usaha koperasi bidang wisata alam yang di lengkapi tempat jual hasil pertanian dan kebun.
Tanpa modal uang, warga menyumbang apa yang mereka miliki. Ada yang memberikan hasil panen, ada yang menyumbang tenaga, dan barang-barang lokal seperti sayur, telur, dan kerajinan tangan mulai dikumpulkan dan dijual secara konsinyasi. Dengan sistem kepercayaan dan pencatatan yang transparan, koperasi mulai berjalan perlahan.
Menariknya, pasti koperasi ini tidak langsung menjual barang, tetapi memulai dari sistem jasa dan titip jual. Warga juga diajak menabung secara sukarela, bahkan dengan jumlah kecil seperti seribu hingga lima ribu rupiah per minggu. Dana kecil itu dikelola sebagai modal simpan pinjam mikro antar anggota, memutar uang dalam skala kecil tapi berdampak besar.
Dukungan dari pemerintah desa pun datang setelah melihat semangat warga. Kepala desa memberikan izin pemakaian balai desa secara gratis dan membantu pengurusan legalitas ke dinas koperasi kabupaten. Tidak hanya itu, pemerintah desa membuka peluang agar koperasi ini bisa terhubung dengan BUMDes dan mendapatkan akses pelatihan usaha.
Kini koperasi desa yang awalnya tanpa uang sepeser pun mulai tumbuh. Omzet awal yang hanya ratusan ribu perlahan naik, dan anggota semakin bertambah. Warga merasakan manfaat langsung dalam bentuk harga jual hasil panen yang lebih adil dan kebutuhan sehari-hari yang lebih murah. Kepercayaan menjadi kunci utama keberhasilan koperasi ini.
Kisah sukses ini tentu bisa memberikan gambaran sebuah membuktikan bahwa modal utama membangun ekonomi desa bukanlah uang, melainkan semangat kebersamaan. Dengan kejujuran, partisipasi aktif warga, dan transparansi pengelolaan, koperasi desa tanpa modal ini menjadi harapan baru menuju kemandirian ekonomi lokal. ( Herman Djide)