Tinggalkan Senjata, Pilih Damai: Banyak Anggota OPM Pulang Kampung Usai Pimpinan Gugur

8 hours ago 6

PAPUA - Dinamika keamanan di wilayah Papua terus bergerak ke arah yang lebih menjanjikan. Fenomena terbaru menunjukkan semakin banyak anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang memilih meninggalkan kelompok bersenjata dan kembali ke tengah masyarakat. Keputusan ini banyak dipicu oleh gugurnya para pimpinan utama OPM dalam berbagai operasi penegakan hukum oleh aparat keamanan.

“Dalam kelompok seperti OPM, figur pemimpin adalah kunci arah gerakan. Ketika pemimpin tewas, anggota jadi kehilangan arah dan tujuan, ” ujar pengamat konflik Papua, Dr. Wilbertus Yoku, Jumat (16/5/2025).

Tanpa Pimpinan, Tanpa Arah

Kehilangan pemimpin membuat struktur kelompok OPM rapuh. Banyak anggota, terutama yang masih muda, mulai menyadari bahwa perjuangan yang mereka jalani tak lagi memiliki tujuan yang jelas. Tanpa logistik, strategi, maupun harapan, mereka mulai mempertanyakan arti dari aksi bersenjata yang selama ini mereka jalani.

Salah seorang mantan anggota OPM, yang kini telah kembali ke kampung halamannya, mengaku bahwa keputusannya keluar dari kelompok lahir dari keputusasaan.

“Kami ditinggal begitu saja. Tidak ada makanan, tidak ada rencana. Kami mulai kelaparan dan sadar bahwa ini bukan perjuangan, tapi penderitaan. Kami hanya membuat rakyat menderita, ” ungkapnya.

Peran Tokoh Adat dan Gereja: Membuka Jalan Pulang

Gelombang kepulangan ini tidak lepas dari peran tokoh agama dan masyarakat yang terus membuka jalan dialog dan rekonsiliasi. Melalui pendekatan budaya dan keagamaan, mereka menanamkan harapan baru bagi mereka yang ingin kembali hidup damai.

Pdt. Markus Nakep dari Gereja Kingmi Papua menyampaikan bahwa perdamaian adalah jalan terbaik.

“Kami terus berdoa dan berdialog. Kami yakinkan mereka bahwa hidup bersama keluarga jauh lebih mulia daripada bersembunyi di hutan dan menebar ketakutan, ” tuturnya.

Harapan Baru untuk Papua

Fenomena ini menjadi angin segar dalam upaya penyelesaian konflik di Papua. Kembalinya para eks anggota OPM ke pelukan masyarakat menjadi bukti bahwa pendekatan damai, dialog, dan pembangunan jauh lebih efektif daripada kekerasan.

Pemerintah bersama tokoh adat, tokoh agama, dan aparat keamanan diharapkan terus menguatkan ruang rekonsiliasi dan pembangunan, terutama di wilayah-wilayah pedalaman yang selama ini rentan terhadap pengaruh kelompok separatis.

“Papua tidak butuh perang tanpa arah. Papua butuh harapan, cinta, dan pembangunan yang nyata.” (***/Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |