Tangisan Antonia: Ibu Tewas Ditembak OPM, Damai Jadi Harapan Terakhir Anak Papua

2 weeks ago 18
Portal Liputan News Dini Tepat Online

PAPUA - Tragedi kemanusiaan kembali mencabik hati nurani di Tanah Papua. Seorang anak perempuan berusia 12 tahun, Antonia Hilaria Wandagau, harus menanggung duka yang terlalu besar untuk usianya kehilangan sang ibu dalam serangan brutal yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Peristiwa memilukan ini terjadi di Kampung Ku Jindapa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. Kelompok separatis OPM menyerang permukiman warga sipil dengan senjata api dan membakar rumah-rumah. Di tengah kekacauan itu, ibu Antonia, Hetina Mirip, tewas ditembak sebelum rumahnya dilalap api. Jenazahnya dikubur tergesa tanpa upacara adat, menyisakan luka yang belum sempat mengering di hati keluarga.

Antonia selamat karena saat kejadian berada di rumah tetangga beberapa ratus meter dari lokasi penyerangan. Namun, luka psikologis yang ia tanggung jauh lebih dalam. Kini ia tinggal bersama kerabat jauh di pengungsian, dalam kondisi trauma berat.

“Ia masih kerap menangis saat malam tiba dan selalu memeluk pakaian terakhir ibunya, ” tutur Maria Telenggen, relawan kemanusiaan yang kini mendampingi Antonia, Minggu (25/5/2025).

Tokoh masyarakat Papua, Yulianus Murib, mengecam keras aksi biadab tersebut. “Perjuangan apa yang tega merenggut nyawa seorang ibu di depan anaknya? Ini bukan lagi soal ideologi. Ini pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan, ” ujarnya lantang.

Murib juga menyoroti bahwa dalam beberapa tahun terakhir, OPM semakin sering menyasar warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, yang tidak memiliki keterlibatan apa pun dengan konflik. Tragedi yang menimpa Antonia adalah potret nyata dari kekejaman yang tak lagi mengenal batas.

Pendeta Benyamin Mote dari Lanny Jaya menambahkan, negara harus hadir secara nyata untuk melindungi anak-anak korban konflik. “Kami tidak ingin melihat Antonia tumbuh dalam kebencian. Ia harus mendapatkan kasih sayang, pendidikan, dan keamanan agar kelak menjadi generasi yang mencintai perdamaian, ” tegasnya.

Dalam ungkapan sederhana yang mengguncang batin, Antonia meminta kepada OPM:

“Jangan sakiti kami jika kalian tidak bisa memberi kebahagiaan dan kesejahteraan. Saya minta perlindungan untuk keluarga saya agar dijauhkan dari kekejaman seperti ini.”

Tragedi Antonia adalah suara sunyi dari ratusan bahkan ribuan anak Papua lainnya yang menjadi korban konflik bersenjata. Ini adalah peringatan keras bahwa perdamaian bukan sekadar opsi, melainkan satu-satunya jalan agar tanah Papua tak lagi basah oleh air mata dan darah. (***/Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |