PAPAU - Di tengah sejuknya udara pegunungan dan bentang alam yang memukau, suasana hangat penuh kebersamaan mewarnai Kampung Walaik, Distrik Walaik, Kabupaten Jayawijaya. Jumat pagi, 8 Agustus 2025, halaman Gereja Katolik Walaik dipenuhi suara tawa, derap langkah, dan dentingan alat tukang. Prajurit Satgas Mobile Yonif 644/Walet Sakti Pos Walaik bersama warga setempat bahu-membahu merenovasi rumah ibadah yang menjadi pusat spiritual umat Katolik di kampung ini.
Renovasi ini bukan sekadar memperbaiki bangunan, tetapi juga merajut nilai kebersamaan dan toleransi. Di tanah yang sering diwarnai keterbatasan akses pembangunan, kolaborasi TNI dan masyarakat setempat menjadi oase pengharapan sebuah bukti bahwa menjaga Indonesia bukan hanya dengan senjata, tetapi juga dengan cinta dan pelayanan.
Dari Pos Tugas ke Rumah Ibadah
Inisiatif renovasi ini digagas oleh Komandan Pos Walaik, Sertu Stevanus Evan Bright, yang melihat bahwa bangunan gereja sudah memerlukan perbaikan agar umat bisa beribadah dengan lebih nyaman dan khidmat. Ia bersama para prajuritnya kemudian mengajak warga untuk bergotong royong, mulai dari membersihkan lingkungan, memperbaiki atap, hingga mengecat ulang dinding gereja.
“Pelayanan ibadah yang nyaman adalah hak setiap umat. Kami ingin membantu mewujudkan itu. Gotong royong ini juga menjadi ajang untuk mempererat persaudaraan antara TNI dan masyarakat, ” ujar Sertu Evan.
Dengan peralatan sederhana namun semangat yang besar, pekerjaan dilakukan secara terukur. Prajurit yang biasanya berjaga di medan tugas kini memegang kuas, memanjat tangga, atau mengaduk semen. Mereka hadir bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sahabat warga.
Toleransi yang Terasa Nyata
Dansatgas Mobile Yonif 644/Walet Sakti, Letkol Inf Tiertona Arga, S.I.P, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata semangat toleransi antarumat beragama di Papua Pegunungan.
“Kami ingin memastikan saudara-saudara kami di Distrik Walaik dapat beribadah dengan nyaman dan khidmat. Meski jauh dari keluarga, kegiatan ini membuat kami merasa dekat dengan mereka. Toleransi itu bukan hanya kata-kata, tapi tindakan nyata, ” tegasnya.
Di wilayah seperti Walaik, di mana jarak antarkampung cukup jauh dan fasilitas masih terbatas, kehadiran TNI yang terlibat langsung dalam pembangunan fasilitas umum menjadi pendorong semangat warga. Nilai persatuan terasa kuat agama boleh berbeda, tetapi tujuan untuk saling membantu adalah satu.
Terima Kasih dari Jemaat
Bapak Jus Pelle, pemimpin Gereja Katolik Walaik, tidak bisa menyembunyikan rasa harunya. Baginya, renovasi ini bukan hanya memperindah bangunan gereja, tetapi juga memperkuat rasa persaudaraan antarwarga dan TNI.
“Terima kasih kepada bapak-bapak TNI yang sudah ikut bekerja bersama kami. Semoga kerja ini juga membersihkan hati kita semua, ” ucapnya dengan penuh rasa syukur.
Ia menambahkan, gereja ini akan menjadi lebih nyaman untuk menampung umat saat beribadah, terutama pada hari-hari besar keagamaan yang biasanya dihadiri seluruh warga kampung.
Lebih dari Sekadar Renovasi
Bagi prajurit Satgas Mobile Yonif 644/Walet Sakti, tugas mereka di Papua Pegunungan bukan hanya patroli dan pengamanan, tetapi juga memastikan kehidupan sosial warga berjalan harmonis. Renovasi Gereja Katolik Walaik adalah contoh kecil, namun penuh arti, bagaimana TNI hadir membawa rasa aman, membangun kebersamaan, dan menumbuhkan harapan.
Di bawah langit biru Walaik, bangunan gereja itu berdiri lebih kokoh. Namun yang paling berharga adalah ikatan persaudaraan yang terbangun sebuah pondasi yang tak akan lapuk dimakan waktu.
“Ketika tangan yang biasanya memegang senjata digunakan untuk membangun rumah ibadah, di sanalah makna pengabdian TNI bagi rakyat terlihat paling jelas.”
(PenSatgas Yonif 644/WLS)