PANGKEP SULSEL - ;Pembangunan desa di wilayah pegunungan memerlukan pendekatan yang tidak hanya kreatif, tetapi juga kontekstual. Karakteristik geografis yang menantang justru menyimpan potensi besar yang selama ini belum tergali secara maksimal. Pegunungan menyimpan sumber daya alam yang kaya, budaya lokal yang kuat, serta komunitas masyarakat yang masih menjaga nilai gotong royong. Tantangannya adalah bagaimana menyusun strategi pembangunan yang berakar dari kekuatan lokal, bukan hanya mengandalkan bantuan luar.
Langkah pertama yang krusial adalah pemetaan potensi desa secara partisipatif. Pemerintah desa perlu melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi kekayaan lokal seperti hasil hutan non-kayu, pertanian organik, tanaman herbal, serta sumber daya air pegunungan yang melimpah. Selain itu, keunikan budaya, kerajinan tangan, dan tradisi adat juga bisa menjadi aset untuk pengembangan ekonomi kreatif dan wisata berbasis komunitas.
Selanjutnya, penguatan kapasitas masyarakat adalah kunci utama. Pemerintah bersama lembaga mitra dapat mengadakan pelatihan tentang pertanian ramah lingkungan, budidaya tanaman endemik bernilai ekonomi, serta keterampilan kewirausahaan. Di era digital, literasi teknologi juga menjadi penting agar masyarakat bisa memasarkan produk secara daring dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Pengembangan infrastruktur yang mendukung juga tidak bisa diabaikan. Jalan akses, jaringan komunikasi, dan fasilitas penyimpanan hasil bumi harus dibenahi agar distribusi hasil produksi lebih efisien. Namun pembangunan ini sebaiknya dilakukan dengan prinsip ramah lingkungan, mengingat ekosistem pegunungan sangat rentan terhadap kerusakan.
Potensi desa pegunungan juga sangat cocok untuk pengembangan wisata alam dan budaya. Panorama alam yang asri, udara sejuk, dan keramahtamahan warga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Namun, wisata ini harus dikelola secara berkelanjutan dan berbasis masyarakat agar manfaatnya dirasakan langsung oleh warga desa, bukan hanya oleh investor luar.
Kolaborasi antar desa pegunungan yang saling terhubung juga perlu dibangun. Misalnya, satu desa bisa fokus pada pengolahan hasil pertanian, desa lain pada kerajinan, dan desa lainnya mengembangkan wisata alam. Dengan jaringan yang terintegrasi, setiap desa bisa saling menguatkan dan tidak berjalan sendiri-sendiri.
Akhirnya, membangun desa di wilayah pegunungan bukan sekadar membangun fisik, tapi juga membangun harapan dan kemandirian. Ketika desa diberdayakan berdasarkan potensi lokal dan nilai-nilai kearifan tradisional, maka mereka tidak hanya akan bertahan di tengah tantangan zaman, tetapi justru menjadi pelopor pembangunan berkelanjutan dari lereng-lereng yang dulu dianggap terisolasi.
Berikut salah satu potensi lokal yang bisa di laksanakan adalah cara membuat kerajinan tangan berupa tas dari anyaman bambu, yang bisa dilakukan secara sederhana namun menghasilkan produk yang bernilai seni dan ekonomi:
Bahan dan Alat yang Diperlukan:
1. Bambu (pilih bambu tua, kering, dan tidak terlalu besar)
2. Pisau tajam atau cutter
3. Alat penyerut bambu atau parang kecil
4. Paku kecil / lem kayu
5. Penggaris dan pensil
6. Tali pegangan (bisa dari kulit sintetis, rotan, atau kain)
7. Pewarna alami atau cat
8. Vernis atau pelapis bening
9. Kain furing (opsional, untuk bagian dalam ta
Langkah-Langkah Pembuatan Tas Anyaman Bambu:
1. Persiapan Bambu
Pilih bambu yang berkualitas baik (tidak pecah, tidak dimakan rayap)., Potong bambu dengan panjang tertentu, lalu belah tipis-tipis hingga menjadi bilah bambu selebar 0, 5 cm. Rendam bilah bambu dalam air selama 1–2 hari agar lentur dan mudah dianyam. Keringkan bilah, lalu serut hingga halus agar tidak melukai tangan saat menganyam
2. Pewarnaan (Opsional)
Jika ingin memberi warna, rendam atau celup bilah bambu ke dalam larutan pewarna alami atau cat tekstil. Keringkan kembali hingga benar-benar kering.
3. Proses Menganyam
Tentukan pola anyaman (misalnya: pola silang, zig-zag, atau kombinasi).Anyam bilah bambu hingga membentuk dua bagian utama: bagian depan dan belakang tas. Buat juga bagian samping dan bawah untuk menggabungkan keduanya.
4. Membentuk Tas
Satukan bagian-bagian anyaman menggunakan lem kayu, paku kecil, atau dijahit dengan kawat halus, Pastikan sudut-sudut tas kokoh dan simetris.Untuk bagian dalam, bisa tambahkan furing kain agar tampak rapi dan lebih kuat.
5. Menambahkan Tali dan Aksesori
Pasang tali pegangan pada kedua sisi tas menggunakan paku kecil atau pengait.Bisa ditambahkan hiasan seperti kancing bambu, gantungan etnik, atau lukisan mini untuk mempercantik tampilan.
6. Finishing
Lapisi tas dengan vernis kayu agar tahan lama dan tahan air ringan., Jemur beberapa jam hingga vernis mengering sempurna.
Tips Tambahan:
Latihan dengan pola anyaman kecil dulu sebelum membuat tas ukuran besar., Bisa dikembangkan menjadi produk souvenir, tas belanja, atau tas wanita kekinian. Gunakan bambu dari lingkungan sekitar agar ramah lingkungan dan mendukung ekonomi lokal.
Pangkep 8 Agustus 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan