Prof. Mia Amiati: Membuat Bakwan Renyah

3 hours ago 2

Jakarta - Masyarakat Jawa Barat khususnya orang Sunda sudah tidak asing lagi dengan makanan yang namanya Bala-bala. Bala bala merupakan penamaan khas yang digunakan masyarakat Sunda untuk sebutan bakwan. Kata bala-bala sendiri diambil dari bahasa sunda yang artinya banyak sampah atau berantakan

Bakwan (atau bala-bala dalam bahasa Sunda) tidak memiliki falsafah khusus yang tertulis atau diakui secara luas, namun beberapa orang mengaitkannya dengan filosofi kehidupan.

Bakwan (atau bala-bala dalam bahasa Sunda) dengan bahan-bahannya yang beragam dan cara pembuatannya yang sederhana, seringkali dianggap sebagai cerminan keberagaman dan kesederhanaan. Kehadirannya yang merakyat dan digemari berbagai kalangan juga bisa menjadi simbol persatuan.

Berikut adalah beberapa tafsiran filosofis yang sering dikaitkan dengan bakwan:

  • Keberagaman dan Kesederhanaan:
Bakwan terbuat dari berbagai macam sayuran yang dicampur menjadi satu. Hal ini bisa diartikan sebagai keberagaman dalam kesederhanaan, di mana setiap bahan memiliki peran penting dan berkontribusi pada rasa yang utuh.
  • Keterbukaan dan Penerimaan:
Adonan bakwan yang awalnya cair dan belum berbentuk, kemudian digoreng hingga menjadi padat dan renyah, bisa dianalogikan dengan proses kehidupan. Kita belajar menerima segala hal yang terjadi, baik suka maupun duka, dan belajar beradaptasi dengan perubahan.
  • Merakyat dan Mudah Didapat:
Bakwan adalah makanan yang mudah ditemukan dan harganya terjangkau. Ini bisa menjadi simbol bahwa kebahagiaan dan kenikmatan tidak selalu harus dicari di tempat mewah atau dengan cara yang rumit.
  • Persatuan:
Bakwan seringkali dinikmati bersama-sama, baik dalam keluarga maupun teman-teman. Hal ini bisa menjadi simbol kebersamaan dan persatuan, di mana berbagai individu berkumpul dan berbagi kebahagiaan.
  • Fleksibilitas:
Bakwan bisa dinikmati kapan saja, baik sebagai camilan maupun teman makan. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dan kemampuan bakwan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi.

Dengan falsafah yang dapat dimaknai dari bakwan (atau bala-bala dalam bahasa Sunda), interpretasi filosofis ini memberikan nilai tambah pada makanan yang sederhana ini, menjadikannya bakwan (atau bala-bala dalam bahasa Sunda) lebih dari sekadar gorengan.@Red. 

Oleh: Prof. (HCUA) Dr. Mia Amiati, S.H., M.H., CMA., CSSL.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |