OPM Pecah dari Dalam: Perjuangan yang Jadi Ajang Rebutan Kepentingan

4 hours ago 3

PAPUA - Di balik hutan belantara dan medan pegunungan Papua yang selama ini menjadi markas Organisasi Papua Merdeka (OPM), kini muncul suara-suara sumbang dari dalam tubuh mereka sendiri. Bukan suara perlawanan terhadap pihak luar, melainkan suara pertikaian internal yang kian memekakkan telinga. Selasa 13 Mei 2025.

OPM yang selama puluhan tahun mengklaim sebagai ujung tombak perjuangan rakyat Papua kini mengalami krisis identitas terbelah antara ideologi dan realita. Adu mulut antar anggota, ketidakpuasan terhadap kepemimpinan, serta perebutan logistik menjadi potret suram dari organisasi yang dulu tampak solid.

“Ini bukan lagi perjuangan, ini rebutan kepentingan, ” ungkap seorang mantan anggota OPM yang kini menjalani program deradikalisasi. Ia mengungkapkan bahwa pertikaian di dalam markas OPM kerap kali meletus hanya karena pembagian amunisi dan makanan yang tidak merata. “Pemimpin hanya bagi-bagi ke orang dekatnya. Sisanya? Disuruh berjuang dengan perut kosong.”

Laporan dari Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, memperkuat situasi genting ini. Dua kelompok dari faksi yang sama nyaris bentrok fisik hanya karena logistik bantuan dari simpatisan luar negeri. Warga sipil yang tinggal di sekitar lokasi menyaksikan sendiri betapa dalamnya perpecahan itu. “Sudah tidak ada satu suara. Mereka ribut sendiri, dan kami yang takut, ” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.

Keretakan ini bukan soal ego semata, tapi juga ideologi. Muncul dua kubu utama dalam tubuh OPM yang satu ingin tetap mengangkat senjata, sementara yang lain menuntut pendekatan diplomatik. Tapi yang jelas, keduanya tidak lagi bisa duduk bersama.

Di tengah kekacauan ini, sejumlah anggota memilih meninggalkan hutan dan kembali ke pangkuan NKRI. Beberapa melakukannya secara terang-terangan, yang lain melakukannya diam-diam demi keselamatan.

Fenomena ini menjadi sinyal kuat bahwa OPM tengah berada di titik nadir. Tanpa kesepahaman, tanpa kepercayaan, dan tanpa moral perjuangan yang utuh, kelompok ini perlahan tapi pasti kehilangan arah. Perjuangan yang mereka agung-agungkan kini justru dipertanyakan oleh para pejuangnya sendiri. (APK/ Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |