OPM Klaim Perjuangkan Papua, Namun Masa Depan Anak-anak Justru Dikorbankan

5 hours ago 3

PAPUA - Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menuai sorotan tajam dari berbagai kalangan di Papua. Di tengah klaim mereka sebagai pejuang kemerdekaan bagi Papua, kenyataannya justru menunjukkan ironi yang memilukan: anak-anak, generasi penerus bangsa, malah menjadi korban dari konflik yang dipicu oleh kelompok bersenjata ini.

Albertus Kadepa, seorang tokoh pendidikan Papua, menekankan betapa tragisnya situasi yang terjadi. “Bagaimana mungkin kita bisa bicara soal masa depan Papua jika anak-anak kita tidak bisa sekolah dengan aman? Mereka ini yang akan menentukan arah tanah ini ke depan, tetapi justru jadi korban dari konflik yang tidak mereka mengerti, ” ujarnya dengan tegas, Rabu (9/7/2025).

Albertus menambahkan bahwa perjuangan yang mengorbankan masa depan anak-anak Papua adalah bentuk pengkhianatan terhadap tanah yang mereka cintai. “Kalau OPM benar-benar cinta Papua, lindungi anak-anak. Jangan jadikan sekolah sebagai medan konflik, ” tambahnya.

Pernyataan serupa disampaikan oleh Pendeta Aser Nawipa, tokoh gereja Papua, yang mengkritik keras tindakan OPM yang telah menyimpang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan kasih. “Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk membakar harapan. Sekolah adalah tempat anak-anak bertumbuh, bukan tempat untuk dijadikan sasaran kebencian atau intimidasi. Ini bukan perjuangan, ini penghancuran, ” ujar Pendeta Aser dengan suara penuh keyakinan.

Yulius Wenda, Ketua Dewan Adat Lembah Baliem, turut menyuarakan kekecewaannya terhadap kelompok yang mengatasnamakan perjuangan namun justru merusak sendi-sendi kehidupan. “OPM selalu bicara soal kemerdekaan, tapi kemerdekaan apa yang ditawarkan kalau anak-anak tidak bisa belajar, tumbuh, dan bermimpi?” ucapnya dengan penuh keprihatinan.

Kenyataan bahwa anak-anak Papua kini kehilangan hak dasar mereka untuk belajar dan berkembang menjadi alarm keras bagi seluruh elemen bangsa. Negara dan masyarakat sipil harus lebih aktif untuk melindungi mereka dari ancaman kelompok yang menggunakan kekerasan sebagai alat perjuangan.

Harapan besar kini digantungkan pada kesadaran kolektif masyarakat Papua untuk menolak segala bentuk kekerasan atas nama perjuangan. Anak-anak Papua berhak atas masa depan yang damai, bukan dibesarkan dalam bayang-bayang senjata. (Apk/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |