Menggerakkan Ekonomi dari Akar Rumput, Herman Djide: 10 Strategi Cerdas Jalankan Unit Usaha Koperasi Desa

10 hours ago 4

PANGKEP SULSEL - Koperasi desa merupakan salah satu instrumen ekonomi kerakyatan yang paling relevan dalam konteks pembangunan berbasis masyarakat. Dengan prinsip gotong royong dan demokrasi ekonomi, koperasi mampu menjadi wadah distribusi manfaat yang adil dan berkelanjutan. Namun, untuk benar-benar berfungsi optimal, koperasi perlu dikelola dengan pendekatan modern dan efisien

Seringkali koperasi desa terbentuk dengan semangat tinggi di awal, namun loyo dalam pelaksanaan karena kurangnya sistem dan strategi yang terstruktur. Oleh karena itu, panduan teknis dalam mengelola unit usaha koperasi menjadi sangat penting agar koperasi tidak hanya hidup secara administratif, tapi juga secara ekonomi.

Langkah pertama adalah menentukan jenis unit usaha yang tepat. Ini bukan hanya soal peluang pasar, tapi juga soal potensi lokal dan kebutuhan anggota. Misalnya, di wilayah pertanian, koperasi bisa membuka unit usaha distribusi pupuk dan alat pertanian. Di daerah pesisir, bisa fokus pada olahan hasil laut. Pemilihan ini akan menentukan arah dan daya saing koperasi ke depan.

Setelah jenis usaha ditentukan, struktur pengelolaan harus dibentuk secara sederhana namun fungsional. Tidak perlu rumit, cukup ada manajer unit, kasir, pencatat keuangan, dan pengurus logistik. Yang penting, tiap posisi memiliki tugas yang jelas dan dijalankan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur)

Masalah klasik yang sering membunuh koperasi adalah keuangan yang tidak tertib. Padahal, modal bisa bersumber dari simpanan anggota, bantuan desa, atau dana hibah. Semua transaksi harus dicatat, baik secara manual maupun dengan aplikasi sederhana. Transparansi dan keterbukaan adalah kunci menjaga kepercayaan anggota

Setiap unit usaha perlu jadwal operasional yang konsisten dan pelayanan yang profesional. Sebagai contoh, toko sembako milik koperasi harus buka tepat waktu, stok rutin dicek, dan harga dijaga tetap kompetitif. Anggota koperasi sebaiknya mendapat insentif seperti potongan harga atau sistem poin belanja agar loyal.

Setiap bulan harus ada laporan keuangan yang rapi dan evaluasi usaha. Ini bukan sekadar formalitas, tapi sebagai dasar untuk memperbaiki strategi usaha. Dari laporan, bisa dilihat produk mana yang laris, mana yang rugi, dan langkah apa yang harus diambil ke depan.

Anggota koperasi tidak boleh hanya dijadikan target pasar, tapi juga aktor aktif dalam sistem usaha. Mereka bisa menjadi pelanggan, pemasok barang, bahkan pekerja di unit usaha. Partisipasi aktif seperti ini akan menciptakan siklus ekonomi yang sehat dan berkelanjutan dalam komunitas.

Aspek legalitas dan perlindungan kerja juga harus diperhatikan. Koperasi wajib membuat kontrak kerja sederhana bagi pegawainya, serta mencatatkan unit usaha secara resmi di tingkat kelurahan atau kecamatan. Legalitas ini akan mempermudah koperasi saat menjalin kerja sama atau mengakses bantuan resmi.

Dalam era digital, promosi dan pencatatan keuangan bisa dilakukan lewat aplikasi. Gunakan WhatsApp Group, media sosial, dan spanduk untuk promosi lokal. Untuk pencatatan transaksi, manfaatkan aplikasi kasir gratis seperti BukuWarung atau Kasir Pintar agar pengelolaan lebih praktis dan transparan.

Laba usaha tidak boleh langsung dihabiskan. Sebagian harus disisihkan sebagai dana cadangan koperasi, sisanya dibagikan sebagai SHU (Sisa Hasil Usaha). Pembagian SHU yang adil—berdasarkan simpanan, transaksi, dan partisipasi—akan memotivasi anggota untuk terus aktif dan terlibat dalam koperasi.

Koperasi juga tidak boleh berdiri sendiri. Sinergi dengan BUMDes, kelompok tani, karang taruna, dan lembaga desa lainnya sangat penting. Daripada bersaing, lebih baik berbagi peran dan saling memperkuat. Misalnya, BUMDes bisa fokus produksi, koperasi fokus pada distribusi dan konsumsi masyarakat

Jika 10 langkah teknis ini dijalankan dengan konsisten, maka koperasi desa bukan hanya menjadi unit usaha biasa, tapi juga simbol kemandirian ekonomi lokal. Di tangan pengelola yang jujur, kreatif, dan terbuka pada digitalisasi, koperasi dapat menjadi jembatan antara potensi lokal dan kesejahteraan warga. Sudah saatnya koperasi desa naik kelas—bukan sekadar formalitas, tapi menjadi kekuatan ekonomi rakyat yang nyata.( Kasma)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |