PAPUA - Di tengah tantangan menjaga perbatasan, prajurit TNI dari Satgas Pamtas RI–PNG Mobile Yonif 500/Sikatan justru memilih pendekatan yang paling manusiawi: mendekap hati rakyat melalui budaya dan kearifan lokal.
Senin (30/6/2025), sepuluh personel Satgas yang dipimpin Serka Lukman hadir di TK Bilogai bukan dengan senjata, tapi dengan senyum, sapaan, dan ketulusan. Mereka berbaur dengan masyarakat, berdialog hangat, dan menunjukkan dukungan nyata terhadap pelestarian budaya Papua dengan membeli langsung kerajinan tangan khas Papua berupa kalung dan gelang buatan warga lokal.
“Kerajinan ini bukan hanya oleh-oleh. Ini identitas. Ini kebanggaan masyarakat Papua yang patut dijaga. Kami mengenakannya bukan sekadar hiasan, tapi bentuk penghormatan dan cinta kepada budaya yang luar biasa ini, ” ujar Serka Lukman penuh makna.
Interaksi sederhana ini ternyata menciptakan efek luar biasa. Suasana penuh tawa, obrolan hangat, dan rasa saling menghargai mengalir dalam kegiatan Komunikasi Sosial (Komsos) tersebut. Bagi warga, ini bukan sekadar kunjungan militer tetapi pengakuan dan penguatan jati diri mereka.
“Setiap kami datang, kami selalu belajar. Belajar tentang nilai kekeluargaan, kebersamaan, dan kearifan hidup masyarakat Papua. Kami tidak ingin datang sebagai tamu, tapi sebagai saudara, ” ungkap salah satu personel dengan mata berkaca-kaca.
Bukan pertama kalinya Satgas Yonif 500/Sikatan menjalin hubungan seperti ini. Namun setiap pertemuan selalu bermakna. Kegiatan ini membuktikan bahwa misi TNI tidak hanya menjaga wilayah, tetapi juga membangun jembatan rasa menguatkan semangat "TNI bersama rakyat" dalam makna sesungguhnya.
Bukan Sekadar Tugas, Tapi Pengabdian Penuh Hati
Dari Bilogai, kisah persaudaraan ini mengalir ke seluruh penjuru negeri menunjukkan bahwa kedamaian dan cinta tanah air tidak selalu datang dari pidato dan kebijakan, tapi bisa dimulai dari sebuah gelang, senyuman, dan pelukan budaya.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono