Tantangan dan Peluang Manajemen Pengetahuan di Era Industri 4.0

7 hours ago 4

Penulis :
Novia Ely Anggraini (141220252)
Niken Lailia Mahsunah (141220256)
Atha Munifah Zain (141220262)
Ayesha Salsabila (141220275)

Mahasiswa Program Sarjana (S - 1)
Program Studi (Prodi) Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNV YK)

JOGJABERITA.com | YOGYAKARTA - “Knowledge has to be improved, challenged, and increased constantly, or it vanishes.”—Peter Drucker

Pernahkah Anda mendengar ungkapan “pengetahuan adalah kekuatan?” Di era digital saat ini, pernyataan tersebut bukan lagi sekadar teori, melainkan kenyataan yang terbukti penting dalam dunia bisnis.

Informasi telah menjadi aset strategis yang bernilai tinggi, namun keberadaannya tidak akan memberi dampak signifikan tanpa pengelolaan yang tepat.

Inilah alasan mengapa manajemen pengetahuan memiliki peran sentral, karena memungkinkan organisasi untuk menghimpun, menyimpan, mendistribusikan dan memanfaatkan informasi secara efektif guna mendorong inovasi dan pertumbuhan.

Manajemen pengetahuan tidak hanya berkaitan dengan data, tetapi juga mencakup proses menciptakan wawasan baru dan membagikannya agar menjadi nilai tambah bersama.

Meskipun implementasinya penuh tantangan, pendekatan ini menawarkan potensi besar ketika diterapkan secara tepat dan berkelanjutan.

Tantangan: Bukan Hanya Urusan Teknologi

Tantangan dalam menerapkan manajemen pengetahuan di era digital tidak hanya berkaitan dengan teknologi tetapi juga menyangkut budaya kerja dan sistem yang belum terkoordinasi.

Data terus bertambah dalam jumlah yang sangat besar. Menurut IBM, sembilan puluh persen data di dunia terbentuk hanya dalam dua tahun terakhir.

Tanpa pengelolaan yang baik, informasi tersebut hanya akan menjadi tumpukan yang membingungkan dan sulit dimanfaatkan.

Di sisi lain, masih banyak individu yang enggan membagikan pengetahuan karena merasa hal itu akan mengurangi nilai atau keunggulan pribadi mereka.

Akibatnya, informasi hanya tersimpan di masing-masing kepala dan tidak pernah menjadi sumber kekuatan bersama.

Masalah lain muncul ketika setiap divisi menggunakan perangkat lunak yang berbeda tanpa adanya keterpaduan.

Hal ini menyebabkan pengetahuan terpisah dalam sistem masing-masing dan sulit diakses lintas tim.

Selain itu, organisasi juga dihadapkan pada dilema antara menjaga keamanan data dan memberikan akses yang mudah.

Jika terlalu tertutup, kolaborasi menjadi terhambat. Namun jika terlalu terbuka, risiko kebocoran meningkat.

Tantangan ini semakin kompleks dengan adanya perbedaan generasi dalam lingkungan kerja.

Pegawai muda biasanya lebih cepat beradaptasi dengan teknologi, sementara pegawai senior sering membutuhkan pendekatan yang lebih sederhana dan membumi agar tetap nyaman dalam proses berbagi dan belajar.

Peluang: Saatnya Jadikan Pengetahuan Sebagai Superpower

Di era digital, pengetahuan bukan lagi sekadar pendukung, tapi bisa menjadi senjata rahasia yang membawa organisasi selangkah lebih maju.

Dengan kecerdasan buatan dan big data, informasi dalam jumlah besar dapat diolah menjadi wawasan yang bisa langsung diterapkan.

Contohnya, chatbot internal mampu menjawab pertanyaan teknis secara instan tanpa perlu bantuan manual.

Kolaborasi pun makin mudah dilakukan berkat hadirnya platform seperti Slack, Notion dan Google Workspace yang memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi secara cepat, lintas tim dan tanpa batasan lokasi.

Kemudahan akses informasi juga ditunjang oleh teknologi cloud, yang memungkinkan karyawan mengakses dokumen penting kapan saja dan dari mana saja, selama memiliki izin yang sesuai.

Selain itu, pendekatan pembelajaran kini dapat disesuaikan dengan preferensi masing-masing individu, baik melalui video, modul interaktif atau materi tertulis.

Dengan sistem manajemen pengetahuan yang terstruktur, proses pengambilan keputusan dalam organisasi pun menjadi lebih cepat dan tepat, karena didasarkan pada data dan fakta yang valid, bukan lagi sekadar intuisi.

“Dalam organisasi yang berhasil, pengetahuan bukan disimpan, tapi disebarkan.”— Satya Nadella, CEO Microsoft

Kesimpulan

Manajemen pengetahuan adalah kunci penting bagi perusahaan yang ingin tetap relevan dan unggul di era Industri 4.0.

Bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal membangun budaya berbagi, menciptakan sistem yang saling terhubung, dan memastikan semua orang—dari generasi muda hingga senior—bisa tumbuh bersama.

Tantangannya memang nyata, tapi peluangnya jauh lebih besar. Dengan dukungan teknologi seperti AI, cloud dan platform kolaborasi, pengetahuan bisa mengalir bebas dan menciptakan dampak nyata bagi bisnis.

Referensi

https://www.researchgate.net/publication/387383746_Revolutionizing_Knowledge_Management_through_Industry_40_Opportunities_and_Challenges_in_Digital_Transformation

https://ftmm.unair.ac.id/perkembangan-industri-4-0-antara-peluang-dan-tantangan/

https://binus.ac.id/bandung/2020/08/tantangan-dalam-menghadapi-era-revolusi-industri-4-0/

https://www.springerprofessional.de/en/knowledge-management-and-industry-4-0/18066458

https://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JIPER/article/view/32115

Read Entire Article
Karya | Politics | | |