CIREBON - Di tengah ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terus mengintai, upaya pencegahan menjadi kunci. Namun, pencegahan tidak bisa dilakukan sendiri. Diperlukan kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak. Inilah yang menjadi dasar lahirnya sinergi tiga pilar: TNI, Polri, dan Puskesmas, dalam menggerakkan program kesehatan masyarakat, khususnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Mereka bukan hanya menjalankan tugas, melainkan membangun kesadaran kolektif di tengah masyarakat.
di sebuah desa yang asri, terlihat pemandangan yang tak biasa namun penuh makna. Anggota Babinsa dari Koramil dan Bhabinkamtibmas dari Polsek, yang biasanya identik dengan seragam loreng dan coklat, kini bergandengan tangan dengan petugas Puskesmas yang berseragam putih. Mereka bergerak bersama, memasuki gang-gang sempit, dari rumah ke rumah. Misi mereka satu menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Petugas Puskesmas dengan ramah memberikan edukasi tentang bahaya nyamuk Aedes aegypti dan pentingnya menerapkan 3M Plus. Mereka menjelaskan dengan detail bagaimana cara menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air. Sementara itu, Babinsa dan Bhabinkamtibmas tidak hanya mendampingi, tetapi juga ikut turun tangan. Mereka membantu warga memeriksa bak mandi, mengosongkan genangan air di pot-pot bunga, hingga memberikan contoh nyata cara membersihkan lingkungan.
Sinergi ini memiliki kekuatan ganda. Petugas Puskesmas membawa keahlian medis dan pengetahuan tentang kesehatan. Sementara itu, Babinsa dan Bhabinkamtibmas memiliki peran strategis sebagai pembina desa yang dekat dengan masyarakat. Kehadiran mereka memberikan kepercayaan dan motivasi lebih. Masyarakat merasa terayomi dan lebih mudah menerima pesan-pesan kesehatan yang disampaikan.
"Ini bukan hanya tugas kami, ini adalah tanggung jawab kita bersama, " ujar salah satu Babinsa, sambil membantu seorang ibu membalikkan kaleng bekas. "Kami di sini untuk mengingatkan, karena menjaga kesehatan lingkungan adalah bagian dari menjaga keamanan diri dan keluarga."
Di lain pihak, seorang Bhabinkamtibmas menambahkan, "Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang aman. Tanpa nyamuk, masyarakat bisa beraktivitas dengan tenang, tidak ada kekhawatiran akan penyakit."
Program PSN ini tidak hanya berhenti pada kegiatan "gotong royong" dadakan. Sinergi ini berlanjut dalam bentuk pembinaan rutin. Petugas Puskesmas, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas secara berkala melakukan pemantauan jentik (survei jentik) bersama kader kesehatan setempat. Mereka memastikan Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayahnya tetap tinggi dan jika ditemukan kasus DBD, mereka segera melakukan tindakan cepat, termasuk memberikan sosialisasi dan jika diperlukan, tindakan fogging terbatas.
Sinergi TNI-Polri dan Puskesmas dalam program PSN ini membuktikan bahwa kekuatan kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Mereka tidak hanya berperan sebagai aparatur negara, tetapi juga sebagai motor penggerak perubahan perilaku hidup sehat. Dengan semangat kebersamaan ini, masyarakat menjadi garda terdepan dalam menjaga lingkungan, menciptakan desa yang sehat, aman, dan bebas dari ancaman penyakit.