JAKARTA-Dalam momentum peringatan Hari Lahir Pancasila yang jatuh setiap tanggal 1 Juni, tokoh muda nasional Fawer Sihite mengajak seluruh elemen bangsa untuk kembali meneguhkan komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara.
Dalam keterangan persnya, Fawer Sihite juga menegaskan bahwa Pancasila bukan sekadar simbol, tetapi harus hadir sebagai roh dalam setiap kebijakan dan tindakan publik, "ujar tokoh muda nasional Fawer Sihite, Minggu, 1 Juni 2025.
Dijelaskan, ditengah berbagai tantangan kebangsaan saat ini, mulai dari ketimpangan sosial, krisis kepercayaan terhadap elite politik, hingga persoalan penegakan hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah, Pancasila seharusnya menjadi bintang penuntun arah perjuangan kita. Dan yang paling penting hari ini: kita harus belajar kembali mendengarkan suara hati nurani rakyat, ” ujar Fawer
Fawer Sihite dikenal luas sebagai tokoh pemuda yang aktif dalam berbagai organisasi nasional. Ia pernah menjabat sebagai Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2020–2022, saat organisasi mahasiswa Kristen ini menghadapi tantangan besar dalam isu demokrasi, keadilan sosial, dan pembangunan karakter pemuda. Saat ini, Fawer menjabat sebagai Ketua Bidang Hubungan Internasional DPP KNPI, Ketua Bidang Hubungan Internasional Parkindo, serta memimpin Institute Law and Justice, lembaga yang berfokus pada advokasi hukum dan pendidikan demokrasi.
Dalam refleksinya, Fawer menekankan bahwa Pancasila tidak boleh hanya menjadi dokumen normatif yang dibacakan setiap tahun, tetapi harus ditransformasikan dalam bentuk keberpihakan nyata terhadap rakyat kecil.
“Apa arti sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia kalau masih banyak masyarakat yang tidak punya akses terhadap pendidikan layak, kesehatan, atau lapangan kerja? Kita tidak bisa tutup mata. Yang dibutuhkan hari ini adalah keberanian moral untuk mendengar dan bertindak atas dasar hati nurani rakyat.
Fawer juga menyoroti pentingnya peran pemuda sebagai agen perubahan dalam menjaga Pancasila tetap relevan. Ia menegaskan bahwa generasi muda harus menjadi pelopor dalam memerangi intoleransi, hoaks, serta budaya korupsi yang kian merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa.
“Pemuda harus kembali menjadi pelita, bukan hanya di mimbar organisasi, tapi juga di tengah-tengah masyarakat. Di era digital seperti sekarang, suara dan tindakan kita bisa jadi pengaruh besar. Pertanyaannya: mau kita pakai untuk membela rakyat, atau hanya ikut-ikutan cari panggung?” tegasnya.
Lebih jauh, Fawer menilai bahwa Hari Lahir Pancasila juga menjadi saat yang tepat bagi para elite politik, birokrat, dan pemimpin bangsa untuk melakukan introspeksi. Ia mengingatkan bahwa kekuasaan tanpa keberpihakan kepada rakyat hanya akan menjadi jalan menuju pengkhianatan terhadap Pancasila.
“Jika kita semua sungguh-sungguh menjiwai Pancasila, maka kita harus berani mendahulukan kepentingan rakyat di atas segalanya. Dengarkan jeritan petani yang lahannya tergusur, tangis ibu rumah tangga yang tak sanggup beli beras, dan harapan anak-anak muda yang masih menganggur. Itulah hati nurani rakyat yang harus jadi kompas moral kita.
Mengakhiri pernyataannya, Fawer menyerukan agar Hari Lahir Pancasila tidak hanya menjadi seremonial tahunan, tetapi menjadi titik tolak pembaruan politik kebangsaan yang lebih manusiawi, adil, dan berpihak pada mereka yang paling membutuhkan.
“Pancasila lahir dari pergulatan sejarah dan semangat gotong royong para pendiri bangsa. Maka tugas kita hari ini adalah memastikan ia tetap hidup, tumbuh, dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh rakyat Indonesia, tanpa kecuali, ” pungkasnya.