Inovasi dari Pegunungan: Kades Bonto Birao Uji Coba Budidaya Lele di Lahan Kosong

2 days ago 13

PANGKEP SULSEL — Di tengah hijaunya hamparan pegunungan Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), sebuah inovasi kecil namun berdampak besar sedang diuji coba. Kepala Desa Bonto Birao Rahmatullah S.Pem, Sabtu (31/5/2025), tampak sibuk di lokasi pemeliharaan ikan lele yang menggunakan kolam terpal.

Ditemui di sela kesibukannya, sang kepala desa menjelaskan bahwa pihaknya tengah melakukan uji coba budidaya ikan lele dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong di wilayah pegunungan. “Kami ingin mengoptimalkan potensi yang ada, termasuk lahan-lahan tidak terpakai, ” ujarnya penuh semangat.

Budidaya ikan lele ini bukan sekadar percobaan biasa. Di daerah penggunungan yang kerap kesulitan akses terhadap ikan segar, langkah ini menjadi angin segar untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. “Kami berharap ini menjadi solusi jangka panjang untuk mengantisipasi kekurangan ikan di wilayah kami, ” tambahnya.

Penggunaan kolam terpal dipilih karena efisien dan mudah diaplikasikan di medan yang berbukit. Selain itu, biaya pembuatannya terjangkau dan perawatannya tidak terlalu rumit. “Kami ingin menunjukkan bahwa budidaya ikan tidak hanya bisa dilakukan di dataran rendah, ” kata Kepala Desa itu sambil memperlihatkan kolam yang sudah diisi benih lele.

Saat ini, terdapat lima kolam terpal yang aktif digunakan sebagai bagian dari uji coba. Masing-masing kolam berukuran 3x4 meter dan diisi sekitar 500 ekor benih lele. Dalam waktu dua hingga tiga bulan ke depan, hasil panen pertama diharapkan bisa dinikmati warga.

Masyarakat desa menyambut baik upaya ini. Beberapa warga bahkan sudah menyatakan minat untuk meniru pola budidaya tersebut di pekarangan rumah mereka. “Kalau berhasil, kami akan bantu warga yang ingin memulai dari skala kecil, ” kata sang kepala desa.

Langkah ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah desa dalam menggerakkan ekonomi lokal. Dengan ketersediaan lele segar di lingkungan sekitar, masyarakat bisa mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar desa. “Artinya uang tetap berputar di desa, ” ujarnya menekankan pentingnya kemandirian ekonomi.

Uji coba ini juga melibatkan kelompok pemuda desa yang diarahkan menjadi pelaksana lapangan. Tujuannya agar generasi muda bisa melihat pertanian dan perikanan sebagai sektor yang menjanjikan, bukan hanya pekerjaan tradisional. “Kami ingin anak muda desa bangga jadi pelaku budidaya, ” jelasnya.

Kepala Desa juga mengungkapkan rencananya untuk mengembangkan program ini ke sektor lainnya jika uji coba berhasil. “Ke depan, bisa saja kami kembangkan ke budidaya ikan nila atau bahkan sistem akuaponik, ” katanya penuh antusiasme.

Pihak desa juga berharap ada dukungan dari pemerintah daerah dan pihak terkait, baik dalam bentuk pelatihan teknis maupun bantuan peralatan. “Kalau didukung serius, kami yakin Bonto Birao bisa jadi percontohan wilayah penggunungan dalam budidaya ikan, ” ujarnya yakin.

Tak hanya soal hasil, upaya ini juga mengandung nilai edukatif. Anak-anak desa kini bisa melihat langsung proses pemeliharaan ikan dari dekat. “Bisa jadi sarana belajar juga untuk anak-anak sekolah, ” tambahnya sambil tersenyum.

Dengan langkah awal ini, Desa Bonto Birao membuktikan bahwa keterbatasan geografis bukanlah penghalang untuk maju. Justru dengan kreativitas dan kemauan, lahan-lahan tidur bisa diubah menjadi sumber penghidupan yang baru.

Kini, harapan tumbuh bersama lele-lele kecil di kolam terpal. Dalam senyapnya pegunungan, sebuah gerakan kecil tengah berdenyut, membawa mimpi besar untuk kemandirian pangan dan kesejahteraan desa.( Herman Djide)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |