PAPUA - Di balik sunyi dan udara dingin pegunungan Erongobak, hadir sebuah kisah yang menyejukkan kisah tentang harapan yang tumbuh dari lorong-lorong pos militer, tentang doa yang menggema dari tempat yang dulu hanya dikenal karena ketegangan. Di Kampung Erongobak, Distrik Omukia, prajurit TNI dari Satgas Yonif 700/Wira Yudha Chakti tak hanya menjaga wilayah, tapi juga merawat hati dan menyemai kasih. Senin 9 Juni 2025.
Pagi itu, Pratu Arnold memimpin ibadah Minggu yang sarat makna di Pos Eromaga. Tak ada pangkat, tak ada jarak. Hanya puji-pujian, doa, dan deru damai yang menyatu dalam hati masyarakat dan prajurit. Dalam suasana penuh khidmat, setiap lirik lagu rohani seolah menjadi jembatan yang menghubungkan keberagaman dalam satu semangat: kemanusiaan.
“Kami ingin Pos Eromaga bukan hanya menjadi pos penjagaan, tapi menjadi rumah damai, tempat di mana kasih dan rasa aman tumbuh bersama, ” ujar Letda Inf Sudirman, Danpos Eromaga, dengan suara lirih dan mata yang berkaca.
Dari Ibadah ke Aksi Nyata: Pelayanan Kesehatan Tanpa Sekat
Tak berhenti pada ibadah, pengabdian dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan gratis bagi warga. Anak-anak hingga orang tua datang dengan harapan, dan pulang dengan senyum. Bukan semata karena obat yang diberikan, tapi karena merasa diperhatikan dan dicintai. Di tengah belantara Papua, kehadiran Satgas bukan sebatas pertahanan negara mereka adalah penyambung kasih dan penghapus jarak.
“Dulu kami hanya kenal ketegangan. Sekarang, kami merasakan damai di kampung kami. Ini bukan hal kecil, ini adalah berkah, ” ucap seorang warga dengan penuh haru.
TNI: Antara Iman, Kasih, dan Kemanusiaan
Apa yang dilakukan Satgas Yonif 700/WYC di Eromaga menjadi bukti bahwa prajurit juga bisa menjadi pelita. Mereka hadir bukan hanya dengan senjata, tapi dengan doa dan cinta. Mereka datang tak hanya menjaga batas geografis, tapi juga menyatukan yang terpisah antara rakyat dan negara, antara masa lalu yang mencekam dan masa depan yang penuh harapan.
Di kaki pegunungan Papua, kisah ini tumbuh seperti bunga liar tenang, sederhana, tapi sarat makna. Sebuah pengingat bahwa damai tidak selalu lahir dari senyapnya medan, tapi dari suara hati yang tulus memberi.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono