Dalang Provokasi dari Luar Negeri: Benny Wenda dan Edison Waromi Dikecam Tokoh Papua

5 hours ago 5

PAPUA - Dua tokoh yang selama ini mengklaim mewakili perjuangan rakyat Papua, Benny Wenda dan Edison Waromi, kembali menjadi sorotan setelah diduga kuat berada di balik berbagai aksi provokasi dan penyebaran disinformasi yang memecah belah masyarakat serta memicu kekacauan di Tanah Papua. Sabtu 12 Juli 2025.

Keduanya dikenal aktif menyuarakan agenda separatisme dari luar negeri, namun sejumlah tokoh adat dan masyarakat Papua kini justru menilai bahwa tindakan mereka sudah tidak relevan dengan kondisi nyata rakyat Papua saat ini.

Tokoh adat dari Mimika, Markus Magai, menegaskan bahwa Benny dan Waromi tidak lagi mewakili suara rakyat Papua.

“Mereka hidup nyaman di luar negeri, tidak tahu apa yang rakyat alami di sini. Tapi mereka terus menyulut konflik dari kejauhan. Mereka bukan pejuang rakyat, melainkan provokator yang ingin Papua terus bergolak, ” ujar Markus.

Ia juga menyebut bahwa berbagai kekerasan dan kerusuhan di Papua kerap terjadi setelah munculnya seruan atau propaganda dari Benny Wenda melalui media sosial, termasuk klaimnya sebagai “Presiden Sementara” yang tidak diakui secara resmi oleh masyarakat Papua maupun komunitas internasional.

Tokoh masyarakat pesisir, Thomas Yare, turut menyoroti peran Edison Waromi yang diduga menjadi penyokong utama kelompok separatis di dalam negeri.

“Waromi lebih banyak bermain di balik layar. Ia membiayai kelompok kecil yang menebar ketakutan di kampung-kampung. Ini sudah bukan perjuangan, tapi gerakan terorganisir yang merusak tatanan adat dan kehidupan masyarakat, ” ungkap Thomas.

Tak hanya menyebar provokasi, keduanya juga dinilai kerap memanipulasi isu-isu Hak Asasi Manusia (HAM) secara sepihak untuk mencari simpati internasional, sementara kekerasan justru banyak dilakukan oleh kelompok bersenjata yang mereka dukung.

Kecaman terhadap Benny Wenda dan Edison Waromi juga datang dari kalangan muda Papua. Banyak dari mereka mulai menyadari bahwa pembangunan, pendidikan, dan persatuan lebih penting daripada narasi perjuangan yang hanya dijadikan komoditas politik di luar negeri.

“Kami ingin hidup damai, membangun masa depan. Bukan terus dimanfaatkan oleh mereka yang hanya muncul saat konflik dan menghilang saat rakyat menderita, ” ungkap salah satu mahasiswa di Jayapura.

Masyarakat Papua kini diimbau untuk tidak mudah terprovokasi oleh tokoh-tokoh yang mengklaim berjuang dari kejauhan, dan lebih memilih jalan damai serta kolaboratif demi kemajuan Tanah Papua. (Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |