UMKM Bangkit dari Daerah, Herman Djide: Pilar Kemandirian Ekonomi Nasional

6 hours ago 5

PANGKEP SULSEL - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Di tengah fluktuasi ekonomi global dan ketidakpastian pasar, UMKM justru menunjukkan ketangguhan yang luar biasa. Namun, potensi besar ini belum sepenuhnya tergali, terutama di wilayah-wilayah daerah yang masih menghadapi tantangan infrastruktur, akses pasar, dan permodalan. Oleh karena itu, pengembangan UMKM di daerah menjadi agenda strategis yang tak bisa ditunda lagi.

Di banyak desa dan kecamatan, sesungguhnya terdapat kekayaan potensi lokal yang luar biasa—baik itu sumber daya alam, budaya, hingga kearifan lokal yang dapat dikemas menjadi produk unggulan. Sayangnya, masih banyak UMKM yang berkembang secara alami tanpa pendampingan yang memadai, sehingga sulit naik kelas dan bersaing di pasar lebih luas. Padahal, bila diberi sentuhan teknologi dan manajemen modern, UMKM daerah bisa menjadi motor utama kebangkitan ekonomi.

Salah satu kunci penting dalam pengembangan UMKM di daerah adalah keberpihakan pemerintah, baik pusat maupun daerah. Kebijakan afirmatif dalam bentuk pembinaan berkelanjutan, kemudahan akses perizinan, bantuan permodalan, serta pembukaan akses pasar harus diprioritaskan. UMKM tidak cukup hanya didorong lahir, tapi harus dirawat dan dibesarkan agar berumur panjang dan berdaya saing.

Selain peran pemerintah, keberhasilan pengembangan UMKM di daerah juga sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas pelaku UMKM melalui pelatihan-pelatihan yang relevan menjadi sangat krusial. Pendidikan kewirausahaan, digital marketing, dan manajemen keuangan harus terus digaungkan, bukan sekadar dalam bentuk seminar, tetapi pelatihan yang aplikatif dan berkelanjutan.

Teknologi digital adalah peluang besar yang bisa menjembatani keterbatasan geografis pelaku UMKM di daerah. Melalui platform e-commerce, media sosial, hingga sistem pembayaran digital, UMKM bisa memasarkan produknya ke seluruh penjuru negeri bahkan dunia. Namun, digitalisasi ini memerlukan kesiapan perangkat, pelatihan teknis, serta pendampingan agar tidak menambah kesenjangan baru antara kota dan desa.

Branding dan pengemasan produk juga masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi UMKM di daerah. Banyak produk lokal berkualitas tinggi, namun belum mampu menembus pasar karena kemasan yang tidak menarik dan belum sesuai standar pasar modern. Dalam hal ini, kolaborasi dengan perguruan tinggi, desainer lokal, atau lembaga pendamping dapat menjadi solusi strategis.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah akses permodalan. Meskipun program Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah digulirkan pemerintah, namun di lapangan masih banyak UMKM di daerah yang belum tersentuh layanan keuangan formal karena terkendala syarat administratif atau kurangnya literasi keuangan. Oleh karena itu, perlu pendekatan inklusif, misalnya melalui koperasi berbasis desa, fintech, atau skema pembiayaan syariah.

Penguatan ekosistem UMKM tidak akan berhasil jika pelaku UMKM berjalan sendiri-sendiri. Dibutuhkan wadah seperti komunitas, forum UMKM, dan sentra industri agar para pelaku usaha dapat saling berbagi ilmu, pengalaman, serta menjalin kemitraan usaha. Solidaritas antar-UMKM juga bisa menciptakan daya tawar yang lebih kuat dalam rantai pasok.

Pengembangan UMKM di daerah juga harus selaras dengan prinsip keberlanjutan. Artinya, produk yang dihasilkan tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan dan memiliki dampak sosial yang baik. Hal ini menjadi penting di era saat ini, di mana konsumen semakin peduli terhadap proses produksi dan dampaknya.

Selain itu, peran generasi muda juga tidak boleh diabaikan. Kaum milenial dan Gen Z harus dilibatkan aktif dalam geliat UMKM, baik sebagai pelaku, inovator, maupun duta digital. Dengan energi dan kreativitas yang mereka miliki, generasi muda bisa menjadi penggerak perubahan sekaligus pelestari potensi lokal yang dikemas dengan cara baru dan menarik.

Penting juga bagi pemerintah daerah untuk menyediakan ruang dan fasilitas promosi seperti festival UMKM, galeri produk lokal, serta stan di tempat publik. Hal ini bisa meningkatkan visibilitas produk lokal dan menumbuhkan kebanggaan masyarakat terhadap produk daerahnya sendiri.

UMKM bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang identitas, budaya, dan keberlanjutan komunitas. Saat UMKM berkembang, desa menjadi lebih hidup, lapangan kerja tumbuh, dan arus urbanisasi bisa ditekan. Maka, membangun UMKM di daerah berarti juga membangun ketahanan nasional dari akar rumput.

Akhirnya, UMKM di daerah harus dipandang bukan sebagai sektor pelengkap, melainkan sebagai fondasi ekonomi masa depan Indonesia. Dengan kolaborasi semua pihak—pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat—UMKM di daerah akan bangkit dan menjadi pemain utama dalam panggung ekonomi nasional. Inilah saatnya ekonomi rakyat bersinar dari desa.

Pangkep 12 Juli2025

Herman Djide 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD)Jurnalis Nasional Indonesia ( JNI) Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |