PAPUA - Di pegunungan hijau yang menyimpan keindahan sekaligus luka, suara harapan menggema di sebuah tempat yang sederhana namun penuh makna: TK Mamba Kotis. Di sanalah, prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 500/Sikatan merangkai momen yang lebih dari sekadar kegiatan militer mereka merajut asa, menyembuhkan luka sosial, dan memeluk rakyat dalam hangatnya persatuan. Kamis 19 Juni 2025.
Dipimpin oleh Lettu Arh Supriono, 10 personel Satgas menyambut masyarakat dari Distrik Hitadipa, Agisiga, dan Tomosiga. Bukan dengan senjata, melainkan dengan Alkitab, bendera Merah Putih, dan dasi pendeta simbol sederhana yang sarat makna. Mereka menyerahkannya kepada Sdr. Yakius Weya (Kepala Kampung Tausiga), Pdt. Hans Mirip (GKI Dangoa), dan Sdr. Apinus Yarinap (tokoh masyarakat Kampung Agisiga).
“Kami bukan hanya penjaga batas, kami adalah keluarga. Bendera ini bukan hanya kain, tapi janji kami untuk tetap setia kepada rakyat, ” ucap Lettu Supriono, dengan mata yang tak kalah teduh dari niatnya.
Namun, di balik pelukan dan senyuman, terselip kisah pilu para pengungsi dari Sugapa, yang ingin kembali ke kampung halaman. Ancaman dari kelompok separatis OPM berupa rencana pemalangan dan perusakan jalan masih menjadi bayang-bayang ketakutan yang belum sirna.
Yakius Weya, dengan suara bergetar, menyampaikan harapan yang mewakili ribuan suara lain:
“Kami ingin pulang… membangun lagi kampung kami yang dulu. Tapi kalau ancaman terus ada, kami takut. Kami butuh TNI untuk berdiri bersama kami.”
Dan suara itu dijawab, tanpa ragu, oleh Dansatgas Yonif 500/Sikatan, Letkol Inf Danang Rahmayanto, S.I.P., M.M.:
“Kami tidak akan diam ketika rakyat memanggil. Kami akan berdiri di sisi kalian melindungi, menemani, dan memastikan bahwa tidak ada yang merampas hak kalian untuk hidup damai. Ini bukan hanya janji, ini panggilan nurani.”
Komitmen itu diperkuat oleh Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, yang menyampaikan pesan menyentuh:
“Setiap senyum warga Papua adalah prioritas. Dan setiap air mata mereka adalah alarm bagi kami. Satgas Sikatan telah menunjukkan bahwa TNI bukan hanya penjaga tanah air, tapi penjaga harapan.”
Lebih dari Misi: Ini Adalah Pelukan Kebangsaan
Apa yang terjadi di TK Mamba Kotis bukan hanya sekadar komunikasi sosial. Itu adalah pertemuan antara kepercayaan yang sempat retak dan kehadiran yang menyembuhkan. Saat tangan prajurit menyentuh bahu rakyat, saat Alkitab dan Merah Putih berpindah tangan, saat kata "kita" lebih kuat daripada aku di sanalah Indonesia benar-benar hadir.
Prajurit Yonif 500/Sikatan tak hanya berdiri di garis depan penjagaan, tapi juga di garis depan pengharapan. Mereka tak hanya membawa persenjataan, tetapi juga membawa solusi, empati, dan rasa aman yang tak bisa dibeli.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono