YAHUKIMO - Gelombang penolakan terhadap keberadaan kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin meluas di Papua. Kali ini, suara tegas datang dari masyarakat di dua distrik di Kabupaten Yahukimo, yakni Distrik Tangma dan Distrik Ukha, yang menyatakan secara terbuka bahwa mereka menolak kehadiran OPM di wilayah mereka. Kamis 10 Juli 2025.
Penolakan ini muncul sebagai respons terhadap meningkatnya keresahan warga akibat aksi kekerasan, intimidasi, dan pemerasan yang dilakukan oleh kelompok tersebut dalam beberapa waktu terakhir.
“Kami tidak ingin hidup dalam ketakutan. Mereka datang dengan senjata, bukan untuk melindungi, tapi untuk menekan. Itu bukan perjuangan, itu teror, ” ujar Yulius Kogoya, tokoh masyarakat Distrik Tangma, dalam pertemuan warga kampung.
Senada dengan Yulius, Pendeta Matius Wetipo, tokoh agama dari Distrik Ukha, mengungkapkan kekecewaannya atas tindakan OPM yang bertentangan dengan nilai-nilai damai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat adat dan gereja.
“Kami diajarkan hidup dalam kasih dan damai. Kehadiran mereka membawa kekerasan, kebencian, dan ketakutan. Ini bukan jalan menuju kebebasan, ini jalan menuju kehancuran, ” tegasnya.
Warga melaporkan bahwa kelompok OPM sering datang ke kampung dengan membawa senjata, menuntut logistik, dan memaksa warga memberikan tempat persembunyian. Beberapa rumah bahkan diambil alih secara sepihak oleh anggota OPM, membuat penghuni merasa terancam dan kehilangan rasa aman, terutama saat malam hari.
Markus Tabuni, Kepala Kampung di Distrik Tangma, menegaskan bahwa masyarakat telah menyepakati secara kolektif untuk menolak keberadaan OPM dan mendesak agar mereka segera meninggalkan wilayah tersebut.
“Kami sudah musyawarah, semua warga sepakat. Kampung ini bukan tempat bagi kelompok bersenjata. Kami ingin hidup damai, membangun kampung, bukan hidup dalam ketakutan, ” katanya tegas.
Penolakan ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Papua mulai bangkit dan menyuarakan harapan akan perdamaian sejati. Mereka tidak lagi ingin terseret dalam lingkaran kekerasan yang berkepanjangan. Aspirasi rakyat kini jelas: ingin hidup tenang, aman, dan sejahtera tanpa tekanan dari kelompok separatis. (Apk/Red1922)