Surabaya, - Di tengah dinamika sosial yang terus bergerak dan tantangan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, kehadiran seorang pemimpin yang mampu merangkul dengan ketulusan hati merupakan oase yang menyejukkan. Sosok Mayjen TNI Rudy Saladin adalah contoh nyata pemimpin yang tidak hanya berpijak pada pelaksanaan tugas semata, tetapi juga hadir dengan hati nurani, kepekaan sosial, dan kerendahan hati.
Dalam kunjungan kerjanya pada tanggal 27–28 Mei 2025, beliau menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya tentang memberi perintah atau menjalankan protokol, melainkan tentang kehadiran yang tulus, menyapa prajurit dan keluarga besar TNI serta masyarakat dengan hangat, dan mendengarkan suara dari hati mereka.
Rangkaian lawatannya mencakup beberapa wilayah strategis di Jawa Timur, seperti Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, dan Pacitan. Keempat daerah tersebut bukan sekadar wilayah administratif, melainkan ruang-ruang kehidupan yang kaya akan budaya, semangat, dan kisah perjuangan masyarakatnya. Di setiap tempat yang dikunjungi, Mayjen Rudy Saladin hadir bukan hanya sebagai pejabat militer, tetapi sebagai saudara, sahabat, dan pendengar yang membawa harapan.
Mayjen Rudy membaur dengan penuh keakraban, menjalin silaturahmi dengan penuh empati, serta memperkuat ikatan emosional yang sering kali terlupakan dalam bingkai formalitas kepemimpinan. Ketulusannya menghadirkan energi positif dan inspirasi, bahwa seorang pemimpin besar bukan diukur dari pangkat dan jabatan, melainkan dari kemampuannya untuk menyentuh hati dan mempersatukan jiwa.
“Saya bangga dengan kalian semua yang selalu bersama-sama dengan masyarakat, menjaga harmoni, dan turut membantu kehidupan sosial berjalan dengan baik, ” ucapnya dalam sebuah pertemuan akrab dengan prajuritnya dan bebrapa tokoh masyarakat. Dengan gaya bicara yang sederhana dan menyentuh, ia memberi penghargaan bagi peran-peran kecil yang berdampak besar di masyarakat. Di wilayah yang di kunjunginya, ia juga menyoroti keberhasilan peran para prajuritnya yang selalu mendampingi masyarakatnya bahu membahu mengatasi berbagai kesulitan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Ini adalah bukti nyata bahwa kolaborasi bisa melahirkan perubahan.
Salah satu momen paling berkesan dari kunjungan ini adalah saat melaksanakan senam pagi bersama. Di tengah semangat dengan penuh canda dan tawa ringan, tergambar kehangatan hubungan yang dibangun atas dasar rasa saling menghormati dan kekeluargaan menunjukkan bahwa sosok Pangdam hadir bukan hanya sebagai atasan dan bawahan, tetapi juga sebagai kakak dan sahabat. Di sinilah makna kepemimpinan itu menemukan bentuknya dalam keakraban, bukan ketegangan.
Kepedulian Mayjen Rudy juga tercermin dalam perhatiannya kepada keluarga para anggotanya melalui pemberian tali asih kepada warakawuri, prajuritnya yang mengalami sakit menahun, serta anak-anak prajurit yang berprestasi, beliau menghadirkan perhatian yang begitu mendalam kesan yang di rasakan oleh keluarga besar prajuritnya. Ini adalah bentuk kepedulian dari hati yang tulus ikhlas dengan penuh kehangatan dan penuh empati dari Mayjen Rudy Saladin pada saat menyapa warakawuri dan para prajuritnya ketika menyalami dengan memberikan semangat dan semua dilakukan tanpa riuh, tetapi sarat makna. Bersama Istri tercinta yang selalu setia mendampingi dimanapun berada, hadir membawa kehangatan, menyentuh hati dengan ketulusan.
Kepedulian dan empati itulah yang membuat sosoknya begitu dekat di hati keluarga besar TNI dan juga masyarakat. Dalam setiap pertemuan dengan tokoh adat, pemuka agama, maupun perwakilan organisasi kemasyarakatan, Pangdam hadir bukan hanya sebagai penyampai kebijakan negara, tetapi juga sebagai pendengar yang tulus atas harapan, keluhan dan aspirasi rakyat. Ia membuka ruang untuk berdialog yang humanis, menyerap harapan, dan menjembatani aspirasi masyarakat dengan penuh kesabaran.
“Kita adalah penjaga rakyat, bukan hanya pelaksana komando, ” ungkapnya dalam salah satu dialog bersama para prajurit dan para tokoh masyarakat. Sebuah pernyataan yang mencerminkan jiwa kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat. Kepedulian dan empati itulah yang membuat sosoknya begitu dekat di hati masyarakat.
Kunjungan kerja ini bukan hanya sebagai agenda institusional. Ditengah kunjungan tersebut, sosok Rudy Saladin menjelma menjadi seorang pemimpin yang ingin mendekat, bukan menjauh, yang memilih mendengar, bukan hanya berbicara. Dalam setiap senyum, jabatan tangan, dan tatapan mata, terselip pesan kemanusiaan yang kuat, bahwa membangun bangsa bukan hanya soal strategi, tetapi juga tentang cinta dan ketulusan hati serta kepedulian kepada prajuritnya dan seluruh elemen masyarakat.
Sejarah bangsa mencatat, hanya sedikit pemimpin yang mampu menyeimbangkan ketegasan dan empati dalam satu tarikan napas. Mayjen Rudy Saladin meninggalkan jejak bukan karena jabatannya, melainkan karena sentuhan kemanusiaannya. Hari ini, Mayjen TNI Rudy Saladin membuktikan bahwa kepemimpinan yang berakar pada hati dapat menjadi kekuatan besar dalam membangun hubungan yang harmonis antara negara, prajurit, dan rakyat. Bukan semata karena pangkat atau jabatan, tetapi karena kehadirannya yang benar-benar menyentuh hati. (*)