Perjalanan Karier Mentereng Hingga Pasukan Elit PBB, Ini Sosok Kapolres Solok AKBP Agung Pranajaya: Muda, Energik, Berprestasi dan Komitmen

5 days ago 8

SOLOK -   Lebih dari dua pekan sudah AKBP Agung Pranajaya, S.IK., menjabat sebagai Kapolres Solok. Perwira menengah yang sebelumnya menjabat sebagai Kabag Binops Polda Sumatera Barat ini ternyata menyimpan rekam jejak karier yang mentereng—mulai dari medan konflik Papua hingga misi perdamaian dunia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Dalam bincang-bincang eksklusif dengan media pada Senin (5/5/2025), AKBP Agung menceritakan perjalanannya meniti karier di tubuh Polri hingga dipercaya memegang tongkat komando Polres Solok. Jabatan ini diserahterimakan dari AKBP Muari, S.IK., MM., MH., dalam sebuah upacara yang dipimpin langsung oleh Kapolda Sumbar, Irjen Pol. Dr. Gatot Tri Suryanto, M.Si., CSFA.

Sebelumnya, berbagai jabatan strategis dan vital pernah diemban Perwira Polisi kelahiran Palembang, 7 Juli 1985 itu, terutama di Korp Brimob. Bahkan Agung Pranajaya pernah menjadi duta bangsa mewakili institusi Kepolisian dan mengharumkan nama Indonesia, untuk menjadi bagian dari pasukan elit Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam misi menjaga perdamaian dunia, sehingga dengan pengalaman dan prestasinya itu, menghantarkan Agung sebagai salah satu Kapolres termuda di jajaran Polda Sumbar dalam usianya yang belum genap 40 tahun.

Dikisahkannya, awal masuk kedunia prajurit berseragam cokelat itu saat akan menamatkan pendidikan di SMA tahun 2003 di Jambi, Agung yang memang memiliki asa untuk melanjutkan jejak sang ayah sebagai sosok Polisi, mengikuti rangkaian test dan tanpa satu hambatan apapun langsung diterima di Akademi Kepolisian. Setelah menjalankan pendidikan dengan yang diikutinya dengan sungguh-sungguh, pada Desember 2006 Dia dilantik dalam Upacara Prasetya Polisi (Praspa) yang dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Akademi Angkatan Udara Maguwo, Yogyakarta.

Penempatan awalnya bukanlah di tempat yang mudah. Agung langsung bertugas di Polda Papua dalam Korps Brigade Mobile (Brimob). Agung mendapat amanah untuk menjadi Komandan Pleton (Danton) 1 Kompi 4, dan terus menanjak menduduki posisi Wakil Komandan Kompi (Wadanki) 2 Batalyon A Pelopor hingga kemudian menjadi Komandan Kompi 2 Batalyon C Pelopor.

Dia mengaku sempat di tugaskan di daerah yang masuk dalam wilayah merah (konflik) dan kerap menjadi basis KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) serta minim fasilitas, diantaranya Puncak Jaya, Ilaga, Memberamo, Paniai, perbatasan Papua Nugini, dan terakhir di Kompi Sorong, hingga dirinya mengikuti pendidikan di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian) di tahun 2011 selama 20 bulan dan membawanya keluar dari Papua. Selanjutnya Ia bertugas di Satbrimob Maluku sebagai Kepala Sub Datasemen Kimia Biologi Radioaktif (Kasubden KBR) Gegana. Kemudian ditarik lagi ke wilayah konflik di Tual pada Kompi Pelopor (saat ini sudah menjadi Batalyon) selama kurang lebih 2 tahun dan kemudian kembali ke Gegana sebagai Komandan Datasemen.

Saat tugas di Gegana, Agung Pranajaya mengikuti seleksi Pasukan Garuda Bhayangkara II Formed Police Unit 9 (Garbah II FPU 9) UNAMID yang merupakan satuan tugas kepolisian Indonesia yang dikerahkan dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB di Sudan, Afrika. Disana Agung yang turut tergabung dalam satuan elite PBB menjalankan operasi selama lebih kurang 1 tahun (2017 – 2018). Sebelum berangkat Dia bersama seluruh anggota prajurit yang memperoleh mandat, mengikuti Pra Operasi selama 6 bulan di Cikeas ditambah pelatihan Carabinier oleh pasukan elit Italia GIS (Gruppo di Intervento Speciale) di  Vizenca, Itali selama 1 bulan. Namun karena suatu alasan, Agung menjalankan pelatihan Carabinier di dalam negeri  dengan didatangi langsung oleh pelatih dari pusat pendidikan Carabinieri Itali serta polisi Amerika.

Sebagai perwakilan (duta bangsa) yang membawa nama POLRI dan Indonesia di satuan elite PBB, kinerjanya diakui oleh Global Support Operations Center (GSOC) PBB, yang menganugerahinya penghargaan sebagai Best Performing Officer (officer terbaik).

Pulang dari Penugasan di Afrika itu, Agung mendapat mandat sebagai Komandan Batalyon B Pelopor, Sat Brimob Polda Maluku selama 2 tahunan. Kariernya pun semakin gemilang, dengan strata pangkatnya yang sudah mencapai perwira menengah, Komisaris Polisi, Agung Pranajaya mendapat promosi jabatan menjadi Komandan Batalyon A selama 9 bulan. Saat bertugas di Batalyon A Brimob Polda Maluku Dia turut dalam operasi Mandago Raya di Poso sebagai komandan sektor. Waktu itu kata Agung, masih ada 11 DPO kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di bawah pimpinan Ali Kalora.

“Alhamdulillah saat saya tugas disana, 5 dari 11 DPO itu berhasil dilumpuhkan dan ditangkap termasuk ketuanya Ali Kalora. Bahkan saat operasi penangkapan gembongnya Alii Kalora, saya sedang tugas dan turun langsung, ” ujar AKBP Agung mengenang penjalanan tugasnya di Kepolisian.

Atas keberhasilan itu, dirinya diusulkan oleh Kapolda Sulawesi Tengah, Korps Brimob serta Kapolda Maluku untuk mendapatkan penghargaan dari Kapolri. Dengan penghargaan itu Agung memperoleh kuota khusus untuk mengikuti pelatihan Sespimen (Sekolah Staf dan Pimpinan Tingkat Menengah) POLRI.

Usai dari pendidikan, Dia memperoleh amanah jabatan sebagai Komandan Datasemen (Danden) Gegana Satbrimob Maluku pada tahun 2022. Saat bertugas selama sekitar 1 tahun sebagai Danden Gegana, Dia juga mengikuti tes pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) selama 8 bulanan baru kemudian mutasi ke Polda Sumatera Barat pada tahun 2023.

Awal masuk ke Polda Sumbar, dirinya sempat ditugaskan di Ditreskrimum sebagai Kasubdit 4 yang membawahi unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Asusila. Selama 4 bulan Dia bertugas di Ditreskrimum, kemudian digeser ke Ditlantas sebagai Kabag Bin Ops, hingga akhirnya AKBP Agung Pranajaya mendapat amanah jabatan yang lebih besar lagi sebagai Kapolres Solok.

Selama bertugas di Kepolisian, beberapa pengalaman yang berkesan bahkan menegangkan sempat dialami AKBP Agung Pranajaya. Terlebih dengan sebagian masa tugasnya dilalui di wilayah konflik basis KKB Papua, seperti di Ilaga, terlebih saat itu tidak ada aliran listrik, cuaca yang ekstrem, dan kebutuhan pangan yang sulit, serta daerah Maluku yang juga kerap terjadi konflik antar Suku, Ras dan Agama.

"Saat di Ilaga, listrik saja tidak ada. Kami bertahan dengan cuaca ekstrem dan makanan seadanya, bahkan sempat mengonsumsi umbi-umbian (petatas), " kenangnya.

Begitu pun saat tugas ke Sudan, Afrika, dimana kata Agung, memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga dan berkesan. Hidup dan menjalankan tugas berpatroli di cuaca yang lebih ektrem dan sangat kontras dengan Indonesia, dimana panasnya sangat membakar bisa mencapai 51 derdat celcius dan dinginnya pun menusuk tulang, mencapai di bawah 10 derajat celcius.

"Di Sudan, suhu bisa mencapai 51°C di siang hari dan turun drastis hingga di bawah 10°C di malam hari. Tantangannya luar biasa, " kenangnya.

Ada juga beberapa kejadian menegangkan dan mengancam keselamatan yang pernah dialaminya selama bertugas seperti saat di Paniai, Papua. Agung mengaku pernah disambit dengan parang saat menengahi dua kubu yang bertikai. Beruntung Dia sigap untuk mengelak. Begitu pun saat di Puncak Jaya Papua, usai mendapat laporan anggota polres dihadang orang tak dikenal hingga gugur yang diduga pelakunya anggota KKB. Ketika turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan dan evakuasi, Dia bersama rombongan diserang KKB yang melakukan penembakan, bahkan sempat tiarap untuk upaya melindungi diri. Hal serupa dialaminya saat tugas di Maluku, kala itu bentrok antar kelompok suku. Dalam upaya membongkar palang yang menghambat akses jalan yang dipasang oleh salah satu kelompok suku, Dirinya sempat dilempar bom Molotov, beruntung saat itu menggunakan kendaraan Barracuda yang tahan terhadap serangan tersebut.

Ketika ditanya alasan dan motivasinya menjadi anggota Polri, Agung mengaku memang atas dasar keinginan dan cita-citanya untuk mengabdi pada nusa dan bangsa sebagaimana yang ditauladaninya dari sosok sang ayah. Terlebih keluarga besarnya yang banyak berkiprah sebagai prajurit berseragam coklat itu. Dari empat bersaudara, dua di antaranya menjadi polisi, dan sejumlah paman serta ipar dan sepupu juga menempuh jalur serupa.

Ia memandang profesi polisi sebagai “super hero” masyarakat—penjaga keamanan yang hadir di saat genting. Prinsip hidupnya sederhana namun mendalam: niat pengabdian harus lahir dari panggilan jiwa.

“Saya yakin, dengan niat yang benar dan ikhlas, semua tantangan bisa dilewati. Polisi itu kesatria—jika dijalani dengan sepenuh hati, tugas ini sangat mulia, ” ujar Agung.

Sebagai pemimpin, ia menekankan pentingnya membangun integritas dan loyalitas institusional. Ia mengajak seluruh anggota Polres Solok untuk kembali meluruskan niat dan menguatkan komitmen sebagai Pelayan, Pelindung, dan Pengayom masyarakat, sesuai semboyan Polri.  (Amel)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |