Pemko Bukittinggi Kehilangan Kuda Pejantan Andalan "Fort De Kock", Meninggal di Usia Hampir 20 Tahun

10 hours ago 4

Bukittinggi — Pemerintah Kota (Pemko) Bukittinggi kehilangan salah satu aset kebanggaannya di bidang peternakan. Kuda pejantan unggul bernama Fort De Kock, yang selama ini menjadi andalan program pembibitan kuda lokal, ditemukan mati pada Kamis (10/7/2025), tanpa menunjukkan gejala sakit sebelumnya.

Kuda yang didatangkan dari Australia ini dikenal sebagai pejantan tangguh yang banyak menghasilkan bibit-bibit kuda berkualitas. Menurut Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bukittinggi, Hendri, kematian Fort De Kock diduga kuat akibat faktor usia.

“Kuda ini akan genap berusia 20 tahun pada bulan Oktober mendatang. Secara umum, kuda yang sudah berusia di atas 18 tahun memang masuk kategori usia rentan dan rawan mengalami penurunan fungsi organ, ” ungkap Hendri saat dikonfirmasi di Bukittinggi, Kamis.

Selama hampir dua dekade, Fort De Kock telah berkontribusi besar dalam upaya peningkatan kualitas kuda lokal. Kehadirannya juga menjadi inspirasi bagi para peternak kuda di Bukittinggi dan sekitarnya.

“Kami sangat kehilangan. Selama ini, Fort De Kock selalu diandalkan sebagai pejantan unggul untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan berkualitas. Pemko Bukittinggi akan segera mengevaluasi kesehatan seluruh kuda pejantan yang sudah memasuki usia lanjut, agar kejadian serupa bisa diantisipasi ke depannya, ” tambah Hendri.

Kabar duka ini juga membuat para kusir bendi dan peternak kuda merasakan kehilangan mendalam. Bagi mereka, Fort De Kock bukan sekadar hewan ternak, tetapi simbol kemajuan dan kebanggaan bersama.

“Kami sering memakai jasanya untuk membibit kuda. Karena kualitasnya bagus, anak-anak kuda yang dihasilkan juga sehat dan kuat. Tentu kami sangat sedih, ” ujar Zul, salah seorang peternak kuda yang hadir di lokasi.

Kesedihan serupa turut dirasakan mantan Wali Kota Bukittinggi periode 2000–2009, H. Jufri, yang turut mengenang masa kejayaan Fort De Kock sebagai maskot pacuan kuda.

“Fort De Kock selalu dibawa ke gelanggang pacuan dalam setiap event sebagai contoh kuda unggul. Waktu itu, kita bangga sekali bisa memiliki pejantan sekelas ini. Banyak peternak yang sengaja datang dari luar kota untuk memakai jasanya, ” kenang Jufri dengan mata berkaca-kaca.

Kini, Pemko Bukittinggi berkomitmen untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas peternakan kuda lokal, meski harus melepas kepergian Fort De Kock. Kehilangannya menjadi momen refleksi sekaligus pemacu semangat untuk melanjutkan program pembibitan kuda yang lebih baik ke depan.(Lindafang).

Read Entire Article
Karya | Politics | | |