OPM di Ujung Tanduk: Semakin Banyak Anggota Membelot, Pimpinan Mulai Panik

6 days ago 11

PAPUA - Aroma kegelisahan mulai tercium dari dalam tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bukan dari luar, tetapi dari barisan mereka sendiri. Sejumlah anggota termasuk para komandan lapangan dan simpatisan aktif dilaporkan meninggalkan barikade perjuangan bersenjata dan kembali ke pelukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selasa 6 Mei 2025.

Fenomena ini mengguncang keyakinan para petinggi OPM. Mereka mulai kehilangan pijakan, kehilangan kepercayaan, dan lebih mengkhawatirkan lagi: kehilangan loyalitas dari dalam.

Dalam beberapa bulan terakhir, gelombang penyerahan diri terus meningkat. Banyak yang mengaku kecewa dengan arah perjuangan yang makin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Alih-alih memperjuangkan kemerdekaan, para anggota justru merasa terjebak dalam lingkaran penderitaan, kelaparan, dan ketakutan tanpa arah yang jelas.

"Kami dijanjikan logistik, perlindungan, dan harapan. Nyatanya, kami hidup lari dari satu hutan ke hutan lain, sementara masyarakat mulai menjauhi kami, " ungkap seorang mantan anggota OPM yang kini memilih hidup damai bersama keluarganya.

Kepanikan pimpinan OPM tak lagi bisa ditutup-tutupi. Aparat keamanan berhasil menangkap komunikasi internal mereka yang mengungkap paranoia: instruksi ketat untuk memata-matai sesama anggota, larangan keluar kamp, dan kontrol ketat terhadap setiap pergerakan. Di banyak lokasi, suasana dalam kelompok OPM kini penuh kecurigaan dan tekanan psikologis.

Pengamat keamanan dari Universitas Cenderawasih, Dr. Thomas Silas, menyebut bahwa OPM sedang mengalami krisis legitimasi. “Mereka kehilangan arah perjuangan, kehilangan dukungan rakyat, dan kini mulai kehilangan keutuhan internal. Ini sinyal bahwa kelompok tersebut berada di ambang perpecahan, ” ujarnya. Selasa (6/5/2025).

Apa yang terjadi membuka babak baru dalam perjalanan Papua: babak harapan. Ketika para kombatan memilih berdamai, ketika peluru diganti dengan dialog, ketika ketakutan digantikan oleh pembangunan saat itulah Papua benar-benar bergerak maju.

OPM kini berada di persimpangan sejarah: terus mempertahankan jalan kekerasan yang semakin ditinggalkan, atau kembali menyatu dalam ikatan bangsa demi masa depan yang lebih cerah.

Karena sejatinya, Papua adalah rumah. Dan rumah harusnya menghadirkan kedamaian, bukan luka. (APK/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |