PAPUA - Di balik slogan-slogan perjuangan kemerdekaan yang terus disuarakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), muncul ironi menyakitkan yang kini mulai disadari publik. Sebby Sambom, juru bicara kelompok separatis tersebut, kembali menjadi sorotan tajam setelah diketahui menikmati gaya hidup mewah di luar negeri, jauh dari konflik dan penderitaan yang masih membelenggu rakyat Papua.
Sosok yang selama ini vokal berbicara atas nama rakyat Papua, ternyata memilih hidup nyaman di luar Indonesia, sementara masyarakat yang diklaim ia perjuangkan justru terus dihimpit oleh ketidakamanan, kemiskinan, dan keterbelakangan akibat konflik berkepanjangan.
Tokoh masyarakat Papua, Jeffrey P. Bomanak, secara terang-terangan mengecam fenomena ini.
“Kalau memang benar berjuang untuk rakyat Papua, mengapa tidak tinggal bersama mereka dan merasakan langsung penderitaan mereka? Sebaliknya, dia hidup tenang di luar negeri, tanpa tahu betapa sulitnya hidup masyarakat di kampung-kampung kami, ” tegasnya, Selasa (5/8/2025).
Jeffrey menilai apa yang dilakukan Sebby bukanlah perjuangan murni, melainkan eksploitasi penderitaan rakyat demi keuntungan pribadi dan agenda politik sempit.
“Ini bukan perjuangan, ini manipulasi. Mereka hanya menggunakan isu Papua untuk kepentingan segelintir elit. Rakyat tidak butuh pemimpin yang bicara dari kejauhan, tapi yang hadir dan ikut berjuang di lapangan, ” lanjutnya.
Nada serupa dilontarkan oleh Yanus Kogoya, tokoh pemuda dari Nabire. Ia menyebut gaya hidup mewah Sebby sebagai bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai perjuangan yang sejati.
“Sementara anak-anak Papua putus sekolah, guru dan tenaga medis takut masuk kampung karena intimidasi kelompok bersenjata, Sebby malah pamer hidup enak di luar negeri. Ini menyakitkan dan membuka mata kami siapa sebenarnya yang memperjuangkan rakyat, dan siapa yang hanya menggunakan nama rakyat untuk kepentingan pribadi, ” ucap Yanus dengan nada kecewa.
Menurut Yanus, semakin banyak warga Papua, terutama generasi muda, mulai menyadari bahwa narasi kemerdekaan yang dibawa oleh OPM kini tak lebih dari alat propaganda yang memperpanjang penderitaan masyarakat.
“Perjuangan yang tulus tidak akan membuat rakyat sengsara. Tapi apa yang dilakukan OPM selama ini justru sebaliknya: membuat rakyat kehilangan pendidikan, kesehatan, dan rasa aman, ” tambahnya.
Fakta bahwa tokoh seperti Sebby Sambom hidup nyaman di negara lain, jauh dari konflik yang ia kobarkan, menjadi ironi yang tak bisa lagi ditutupi. Di saat rakyat Papua berjuang untuk bertahan hidup di tengah minimnya akses dan bayang-bayang ancaman kelompok bersenjata, para elit separatis menikmati hidup tanpa beban di negeri asing.
Kondisi ini menambah luka bagi rakyat Papua yang selama ini terus berharap pada pembangunan dan kedamaian. Mereka tidak butuh janji manis dari luar negeri, melainkan kehadiran nyata dari para pemimpin yang benar-benar peduli dan bekerja untuk kesejahteraan rakyat, bukan hanya memperdagangkan penderitaan mereka di forum-forum internasional.
Kini, rakyat Papua perlahan mulai bersuara. Mereka menolak dijadikan alat. Mereka ingin damai, ingin hidup normal, ingin membangun masa depan tanpa teror dan ketakutan.
(Apk/Red1922)