Kereta Cepat Whoosh Bebani Keuangan BUMN, Rugi Capai Triliunan

11 hours ago 3

JAKARTA - Bayangan kebanggaan atas beroperasinya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) justru berbalik jadi beban berat bagi BUMN yang terlibat. Alih-alih menghasilkan laba, layanan transportasi ikonik ini malah terus membukukan kerugian hingga triliunan rupiah.

Laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatat kerugian besar yang ditanggung PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), anak usaha KAI yang merupakan pemegang saham mayoritas PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC). Pada tahun 2024 saja, PT PSBI merugi hingga Rp 4, 195 triliun. Kerugian ini berlanjut di semester pertama 2025 dengan catatan minus Rp 1, 625 triliun.

Sebagai entitas yang menggandeng lima perusahaan China, KCIC memang menjadi proyek kolaborasi mega bersama negara tirai bambu. Namun, biaya pembangunan yang melonjak hingga USD 1, 2 miliar atau sekitar Rp 18 triliun membuat proyek ini jauh dari target kelayakan finansial. Tambahan dana pun harus dipenuhi dari APBN dan pinjaman tambahan dari China Development Bank.

Empat BUMN Indonesia yang tergabung dalam PT PSBI—PT KAI (58, 53%), PT Wijaya Karya (33, 36%), PT Jasa Marga (7, 08%), dan PTPN VIII (1, 03%)—kini harus ikut menanggung beban kerugian besar tersebut. Ini adalah konsekuensi dari pembengkakan biaya sejak proyek dimulai pada 2016 hingga selesainya di 2023.

Meski demikian, pemerintah belum menyerah. Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan tegas untuk melanjutkan pembangunan rute kereta cepat hingga Surabaya. Visi konektivitas yang dirancang ini diharapkan mampu memangkas waktu tempuh dari sekitar 9–10 jam menjadi hanya 3, 5 jam.

"Presiden Prabowo Subianto telah jelas memberikan arahan untuk melanjutkan atau memperpanjang Kereta Cepat Jakarta Bandung ke Surabaya, " ujar Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Jumat (13/6/2025) dalam acara Indonesia Railway 2025 di Jakarta.

Pemerintah kini berupaya mencari skema pembiayaan baru yang tidak terlalu membebani APBN. Salah satu opsi yang tengah dikaji adalah mengembangkan jalur semi-cepat dengan kecepatan 160–200 km/jam, agar lebih hemat biaya dan sesuai karakteristik wilayah yang dilewati, seperti Cirebon, Semarang, Solo, hingga Surabaya.

Meski ambisi besar terus digaungkan, bayangan pengalaman pahit dari proyek sebelumnya tetap menghiasi pikiran banyak pihak. Biaya yang membengkak, pinjaman yang menumpuk, serta beban bunga dari China menjadi pelajaran berharga agar proyek berikutnya tak mengulang kesalahan serupa. (Wajah Koruptor)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |