JAKARTA, Jemaah haji dari berbagai negara termasuk Indonesia akan menjalani puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). pada 9 Zulhijah.
Rukun haji yang menjadi inti dari prosesi haji perlu kenyamanan jemaah terjaga selama menjalani wukuf mengingat sistem pelayanan di Arafah mengalami perubahan.
Terkait hal itu. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Hilman Latief, meminta ketangguhan dan fokus seluruh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi melayani jamaah.
"Mental harus kuat. Ini baru sepertiga pekerjaan. Puncaknya masih dua minggu lagi. Mudah-mudahan kita tetap konsisten dan dimudahkan dalam menjalankan tugas, ” ujar Hilman di Media Center Haji (MCH) Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi, Jumat (23/5/2025) petang.
Hilman menjelaskan, persiapan pelaksanaan puncak haji di Armuzna terus dimatangkan. Salah satunya adalah memastikan akurasi data jemaah yang kerap mengalami perubahan di lapangan.
“Misalnya, berapa jumlah jemaah di hotel, maktabnya apa saja, lokasi Arafahnya di mana, dan siapa penyedia layanannya. Semua data ini harus kami verifikasi ulang, ” jelas Hilman.
"Pihaknya akan melakukan pengecekan menyeluruh dan berkoordinasi dengan penyedia layanan (syarikah) untuk memastikan kesiapan di lapangan" tambahnya
Sementara itu, Kepala Satuan Operasional (Satops) Armuzna sekaligus Kabid Perlindungan Jemaah, Harun Arrasyid, menyatakan pihaknya menyiapkan petugas dari Daerah Kerja (Daker) Bandara untuk terlibat langsung dalam pelayanan jemaah saat wukuf di Arafah.
"Mereka akan menjadi bagian dari Satuan Operasional (Satops) Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna)" ujar Harun Arrasyid, dalam pembekalan kepada petugas Daker di Jeddah, Kamis (23/5/2025) malam.
Menurut Harun, pemahaman medan menjadi kunci keberhasilan pelayanan di Arafah karena tahun ini, sistem pelayanan di Arafah juga mengalami perubahan, khususnya dalam struktur kemitraan dengan delapan syarikah baru. Masing-masing syarikah membawahi sejumlah markaz (pos layanan), yang kini tidak lagi tersusun secara berurutan seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Petugas harus paham betul lokasi dan titik-titik layanan. Mereka akan bertugas di tenda-tenda jemaah, memastikan akomodasi, katering, dan kenyamanan jemaah terjaga selama menjalani wukuf, ” jelasnya.
“Petugas harus tahu siapa pengelola syarikah, jumlah kapasitas jemaah di tiap markaz, dan bagaimana teknis koordinasi. Ini penting agar tidak terjadi kekeliruan dalam penempatan jemaah, ” tambah Harun.
Menurutnya, sosialisasi ini akan terus dilakukan secara bertahap agar seluruh petugas memahami dengan baik peran dan tanggung jawab yang akan dijalankan di Arafah. Petugas juga akan ditempatkan di delapan sektor adhoc dan 60 markaz pelayanan. (hy)