PANGKEP - Ketua KKKS Kecamatan Labakkang, H. Page Haya. S.Pd. MM.yang juga sebagai pengelola tambak saat di ajak konsultasi Selasa (6/5/2025) dia mengatakan bahwa salah satu potensi lokal Kabupaten Pangkep selama ini di olah oleh masyarakat nelayan adalah kepiting sehingga kami berinisiatif untuk mengelola kulit kepiting tersebut menjadi pupuk organik, kosmetik, juga pakan ternak.
Dia menjelaskan bahwa pemanfaatan limbah organik menjadi solusi cerdas dan berkelanjutan. Salah satu limbah yang menarik perhatian adalah kulit kepiting. Sering kali dibuang begitu saja setelah dagingnya dikonsumsi, kulit kepiting ternyata menyimpan potensi besar sebagai bahan baku pupuk organik dan pakan ternak yang kaya nutrisi.
H. Page Haya berkata bahwa kulit kepiting mengandung zat kitin dan kalsium karbonat yang sangat bermanfaat untuk tanah dan tumbuhan. Kitin merupakan senyawa alami yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan ketahanan terhadap hama. Sementara itu, kalsium dari kulit kepiting membantu memperbaiki struktur tanah dan mencegah penyakit tanaman seperti busuk akar.
Pengolahan kulit kepiting menjadi pupuk organik pun cukup sederhana dan dapat dilakukan skala rumah tangga. Dengan mencacah kulit, mencampurkannya dengan bahan hijau dan coklat, serta menambahkan starter fermentasi seperti EM4, kita bisa mendapatkan pupuk kompos berkualitas dalam waktu kurang dari sebulan. Hasilnya bukan hanya mengurangi limbah, tetapi juga menyuburkan lahan pertanian secara alami.
Di sisi lain, potensi kulit kepiting sebagai pakan ternak juga tak kalah menjanjikan. Kulit yang dikeringkan dan dihaluskan menjadi tepung dapat dicampurkan dengan dedak atau jagung untuk menghasilkan pakan bernutrisi tinggi. Kandungan protein, mineral, dan kitin dalam kulit kepiting mampu memperkuat sistem imun hewan ternak, khususnya unggas dan ikan.
Yang lebih menarik, fermentasi kulit kepiting sebelum dijadikan pakan mampu meningkatkan kecernaan dan nilai gizinya. Proses ini juga mengurangi bau amis dan membuatnya lebih disukai oleh hewan ternak. Inovasi ini membuka peluang usaha baru bagi masyarakat pesisir yang selama ini menggantungkan hidup dari hasil laut.
Sayangnya, belum banyak pelaku usaha kecil yang menyadari peluang ini. Kulit kepiting masih dianggap limbah yang tak berguna, padahal bila diolah dengan benar, justru dapat menjadi sumber pendapatan baru. Dengan sedikit pelatihan dan alat sederhana, siapa pun bisa memulai usaha ini dari rumah.
Sementara itu Ketua DPD Jurnalis Nasional Indonesia ( JNI ) Cabang Kabupaten Pangkep Herman Djide berkata bahwa dukungan Dinas terkait dan komunitas lokal sangat dibutuhkan untuk memperkenalkan teknologi pengolahan limbah laut ini. Program pelatihan, bantuan alat penggiling, serta akses pasar bisa menjadi kunci berkembangnya industri kecil berbasis limbah kepiting di daerah pesisir.
Lebih jauh lagi, pemanfaatan kulit kepiting juga bisa berkontribusi terhadap pengurangan limbah organik yang mencemari laut. Banyak limbah hasil tangkapan laut dibuang kembali ke perairan, menyebabkan pencemaran dan gangguan ekosistem. Dengan mengolahnya menjadi produk bermanfaat, kita turut menjaga kebersihan laut dan keseimbangan ekosistem.
Herman Djide berkata bahwa aspek keberlanjutan inilah yang menjadi nilai tambah utama. Kita tidak hanya bicara tentang keuntungan ekonomi, tetapi juga dampak ekologis dan sosial. Masyarakat yang mandiri secara ekonomi dan sadar lingkungan adalah kunci pembangunan masa depan.
Potensi bisnis dari produk turunan kulit kepiting juga patut diperhitungkan. Pupuk organik kini semakin dicari oleh petani milenial dan pelaku pertanian organik. Sementara itu, pakan alternatif dari limbah laut menjadi solusi atas mahalnya pakan konvensional yang bergantung pada impor.
Jika dimaksimalkan, pengolahan kulit kepiting bisa menjadi gerakan ekonomi hijau yang inklusif. Tak hanya nelayan atau produsen makanan laut, ibu rumah tangga, petani, hingga komunitas pelestari lingkungan bisa terlibat dalam rantai nilai ini.
Sudah saatnya kita memandang limbah bukan sebagai beban, tetapi sebagai peluang. Kulit kepiting adalah contoh nyata bahwa dari sesuatu yang tampak sepele, bisa lahir solusi besar bagi ketahanan pangan, ekonomi lokal, dan kelestarian alam.
Dengan inovasi dan kolaborasi, siapa sangka kulit kepiting bisa menjadi awal dari perubahan besar? Mari mulai dari sekarang, dari dapur kita, dari sisa makanan laut yang sering kita buang—ubah limbah menjadi berkah.( Niar )