INTAN JAYA - Di tengah terpaan konflik dan keterbatasan infrastruktur di wilayah Intan Jaya, satu hal tetap menyala terang: semangat untuk menjaga asa pendidikan bagi anak-anak Papua. Tentara Nasional Indonesia (TNI) menegaskan bahwa kehadiran mereka di sekolah-sekolah bukan untuk menjadikan fasilitas pendidikan sebagai markas militer, melainkan sebagai bentuk pengabdian kemanusiaan demi masa depan generasi muda. Sabtu 7 Juni 2025.
Komandan Satgas Yonif Para Raider 500/Sikatan, Letkol Inf Danang Rahmayanto, menegaskan bahwa kehadiran TNI di lingkungan sekolah merupakan langkah strategis dan tanggung jawab moral.
"Kami hadir bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk melindungi dan membantu. Anak-anak Papua berhak mendapatkan pendidikan yang layak, sama seperti anak-anak lain di Indonesia. Jika kami tidak hadir, siapa yang akan menjaga mereka dari ancaman dan ketertinggalan?" tegas Letkol Danang.
Di wilayah seperti Kampung Bomba, Distrik Hitadipa, Intan Jaya, banyak sekolah terpaksa tutup karena ancaman dari kelompok separatis dan minimnya tenaga pengajar. Dalam situasi darurat ini, prajurit TNI turun tangan bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga ikut mengajar dan mendistribusikan kebutuhan pendidikan.
"Tidak ada niat menjadikan sekolah sebagai markas. Kami hanya ingin membantu agar proses belajar tidak berhenti. Pendidikan adalah hak, bukan kemewahan, " tambahnya.
Pernyataan Letkol Danang diamini oleh tokoh masyarakat Intan Jaya, Yulianus Kobogau, yang melihat langsung dampak kehadiran TNI di tengah warganya.
"Kalau tidak ada TNI, sekolah di kampung kami mungkin masih tutup. Mereka bantu mengajar, menjaga, dan membuat anak-anak bisa belajar lagi, " ungkapnya.
Namun ia juga memberi catatan penting: "Tugas membangun Papua bukan hanya di tangan TNI. Pemerintah pusat dan daerah harus lebih hadir, lebih serius."
Senada, Pdt. Filemon Douw, tokoh gereja lokal, menyebut bahwa kontribusi TNI lebih dari sekadar keamanan.
"Anak-anak sekarang bisa baca tulis karena diajar TNI. Mereka tidak hanya bawa senjata, tapi juga buku, papan tulis, dan semangat belajar. Ini bukan militerisasi, ini kemanusiaan, " katanya haru.
Melalui pendekatan yang inklusif dan kolaboratif, TNI membuktikan bahwa di balik loreng yang tegas, tersimpan ketulusan untuk menjaga masa depan anak-anak Papua. Ini bukan tentang operasi militer, tapi misi menyelamatkan generasi. (*/Red)