Brutalitas OPM Memuncak: Tembak ODGJ yang Diduga Intel TNI di Intan Jaya

20 hours ago 6

INTAN JAYA - Kekejaman Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali mencatatkan peristiwa tragis yang menambah panjang daftar kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa. Kali ini, seorang perempuan dengan gangguan jiwa (ODGJ) bernama Mama Hertina menjadi korban kebrutalan tersebut. Insiden ini terjadi di Kabupaten Intan Jaya, Papua, ketika Mama Hertina ditembak mati oleh kelompok OPM yang salah menduga dirinya sebagai intelijen TNI.

Peristiwa itu berlangsung pada Kamis (29/5/2025) saat Mama Hertina terlihat berjalan tanpa arah di sekitar Kampung Jaindapa. Warga setempat mengenalnya sebagai perempuan dengan gangguan jiwa yang telah lama tidak terlibat dalam urusan politik atau keamanan. Namun, kelompok OPM menuduhnya sebagai mata-mata militer, dan dengan kejam menembaknya dari jarak dekat.

Lukas Sondegau, tokoh masyarakat Intan Jaya, mengecam keras tindakan brutal tersebut. Menurutnya, Mama Hertina adalah warga yang sakit dan tidak pernah terlibat dalam konflik. “Semua orang di kampung tahu itu. Tapi mereka tetap menembaknya. Ini bukan perjuangan, ini kebiadaban, ” tegas Lukas saat diwawancarai.

Kepergian Mama Hertina menjadi pukulan berat bagi masyarakat setempat, yang kini hidup dalam ketakutan. Lukas juga menegaskan bahwa insiden ini harus membuka mata masyarakat agar tidak lagi mendukung gerakan yang hanya membawa penderitaan bagi rakyat sipil. “Mereka mengklaim perjuangan, tapi apa yang mereka lakukan justru membunuh orang yang tak bersalah, ” tambah Lukas.

Sikap brutal OPM juga mendapat kecaman dari Pdt. Markus Kobogau, tokoh gereja lokal, yang mengungkapkan rasa kecewa mendalam. “Seharusnya OPM melindungi orang lemah jika memang mereka mengaku pejuang. Tapi mereka menembak perempuan sakit jiwa tanpa belas kasihan. Ini adalah pelanggaran terhadap nilai adat, agama, dan kemanusiaan, ” katanya dengan penuh penyesalan.

Penembakan ini menambah deretan panjang kekerasan yang dilakukan oleh OPM terhadap warga sipil di Intan Jaya. Sebelumnya, kelompok bersenjata ini dilaporkan juga melakukan intimidasi terhadap guru, tenaga kesehatan, dan warga yang dianggap mendukung kehadiran negara di wilayah tersebut.

Yohana Wenda, seorang aktivis kemanusiaan Papua, menegaskan bahwa tindakan kelompok separatis ini bukanlah perjuangan, melainkan teror yang harus mendapat perhatian serius dari dunia internasional. “Ini bukan perjuangan membela rakyat. Ini adalah teror. Dunia harus tahu bahwa banyak korban dari kalangan perempuan, anak-anak, dan orang sakit jiwa yang menjadi sasaran kekerasan, ” ujar Yohana.

Hingga saat ini, aparat keamanan masih melakukan penyisiran di sekitar lokasi kejadian untuk mengamankan wilayah dan menenangkan warga. Pemerintah daerah bersama tokoh adat setempat memberikan dukungan moril kepada keluarga korban dan masyarakat yang terdampak. (***/Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |