Bermain Api di Balik Layar: Modus Licik Pengusaha Ilegal Jadikan Jurnalis Kambing Hitam demi Hapus Jejak Kejahatan

5 days ago 13

OPINI PUBLIK - Di balik kilatan lampu kamera dan tajamnya pena para jurnalis yang bekerja di lapangan, diam-diam muncul praktik licik yang mengusik nurani pers nasional. Dalam berbagai kasus di daerah, sejumlah pengusaha ilegal terutama yang terlibat dalam aktivitas perusakan lingkungan, tambang liar, dan industri gelap lainnya diketahui kerap mempermainkan opini publik dengan mengorbankan jurnalis sebagai kambing hitam. Rabu 7 Mei 2025.

Modusnya pun kian canggih dan sistematis: para pengusaha atau perantara mereka menghubungi jurnalis yang meliput praktik ilegal, lalu menawarkan sejumlah uang untuk menghapus atau tidak menaikkan berita ke publik. Namun yang terjadi selanjutnya jauh lebih berbahaya nama jurnalis tersebut kemudian disebarkan ke masyarakat sebagai “oknum pemeras” atau “wartawan bodrek”, menciptakan kesan bahwa media dan jurnalis hanya mengejar keuntungan pribadi.

Praktik ini tidak hanya menghancurkan reputasi jurnalis yang bekerja secara profesional, tetapi juga mencederai kepercayaan publik terhadap media secara luas. Dalam sejumlah kasus, jurnalis yang tidak mau tunduk terhadap permintaan penghapusan berita bahkan diancam, diteror, dan difitnah secara brutal di media sosial dan ruang-ruang publik.

Salah satu jurnalis investigasi di Jawa Tengah yang enggan disebutkan namanya mengaku sempat dilabeli sebagai “pemeras” hanya karena menolak menerima tawaran uang dari pengusaha tambang ilegal.

“Kami tidak pernah meminta uang. Tapi setelah saya tolak, tiba-tiba muncul narasi bahwa saya wartawan abal-abal. Nama saya disebar di grup WhatsApp warga, padahal yang mereka tutupi adalah kejahatan lingkungan, ” ujarnya. Rabu (7/5/2025).

Fenomena ini menunjukkan adanya rekayasa opini publik secara sistematis yang bertujuan melindungi kepentingan bisnis ilegal dengan mengorbankan kredibilitas jurnalis. Sejumlah pengusaha bahkan menggunakan “jurnalis bayangan” yang memang sengaja direkrut untuk membenarkan narasi palsu, agar masyarakat tidak percaya pada media yang independen.

Perwakilan Jurnalis Nasional Indonesia (JNI) Jawa Tengah menyebutkan bahwa fenomena ini adalah bentuk manipulasi berbahaya yang harus segera ditangani.

“Ada pengusaha yang memelihara jurnalis gadungan, lalu memancing konflik, dan akhirnya menjual narasi seolah-olah semua wartawan bisa dibeli. Ini ancaman serius terhadap kemerdekaan pers dan hak masyarakat atas informasi yang benar, ” tegasnya.

Para pengusaha ilegal memanfaatkan ketidaktahuan sebagian masyarakat tentang etika jurnalistik, dan celah inilah yang mereka gunakan untuk membungkam berita, menyebar disinformasi, serta menciptakan suasana curiga terhadap semua jurnalis.

Dalam situasi ini, solidaritas antarjurnalis dan peningkatan literasi media di masyarakat menjadi kunci penting. Media harus berani menyuarakan kebenaran, menolak intervensi, dan membongkar upaya pembusukan nama profesi jurnalis.

Jurnalis bukan musuh publik, bukan pula tukang minta uang. Mereka adalah garda terdepan demokrasi dan kini saatnya publik tahu siapa sebenarnya dalang di balik layar yang selama ini bermain api sambil menuduh orang lain membakar rumah. (*/Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |