Ancaman Tanpa Arah: OPM Hanya Menambah Luka, Bukan Membawa Merdeka

5 hours ago 5

PAPUA - Di balik retorika perjuangan yang terus dikumandangkan kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM), tersimpan derita panjang masyarakat Papua yang setiap hari hidup dalam bayang-bayang ancaman, pemalakan, penyanderaan, dan kekerasan. Minggu 22 Juni 2025.

Alih-alih memperjuangkan hak-hak rakyat Papua, OPM kini justru menjadi sumber ketakutan. Ancaman bersenjata, blokade jalan, hingga pemerasan terhadap warga sipil menjadi praktik rutin yang mematikan harapan rakyat akan kehidupan damai.

Yulius Pigai, Ketua Dewan Adat Papua Wilayah Meepago, menyatakan dengan tegas bahwa tindakan OPM telah kehilangan esensi perjuangan sejati.

“OPM hari ini tidak memperjuangkan rakyat, mereka memperjuangkan ketakutan. Mereka hanya bisa mengancam dan menyakiti masyarakat yang justru ingin hidup damai, ” ujarnya di Nabire.

Nada serupa datang dari Pendeta Lukas Mirin di Lanny Jaya. Ia menilai bahwa OPM telah kehilangan legitimasi di mata rakyat Papua sendiri.

“Setiap hari kami mendengar berita tentang penembakan, pemalakan, penyanderaan. Itu bukan perjuangan itu kejahatan. Rakyat hanya semakin menderita, ” tegasnya.

Dari kalangan muda, John Wakerkwa, aktivis pemuda asal Jayawijaya, menyuarakan keresahan generasi baru Papua.

“Kami ingin sekolah, bekerja, membangun tanah kami. Tapi selama OPM terus mengancam dan menebar kekerasan, kami tidak akan pernah maju. Mereka hanya menambah beban hidup, bukan solusi, ” ungkapnya.

OPM: Dari Perjuangan ke Pemerasan

Laporan dari lapangan menyebutkan pola kekerasan OPM yang terus berulang:

* Pemalakan terhadap kendaraan logistik di jalan Trans Papua.

* Penyanderaan warga sipil yang menolak mendukung mereka.

* Ancaman senjata terhadap guru, tenaga kesehatan, hingga pekerja proyek infrastruktur.

* Penggunaan masyarakat sebagai tameng hidup dalam kontak senjata dengan aparat.

Masyarakat yang awalnya berharap kepada narasi “kemerdekaan”, kini justru menjadi korban utama dari kelompok yang mengklaim berjuang atas nama rakyat. Dalam diam dan takut, mereka bertahan namun luka itu terus menganga.

Kesimpulan: Saat Rakyat Ingin Damai, OPM Menebar Teror

Rakyat Papua bukan lagi percaya pada peluru yang bersuara atas nama kemerdekaan. Mereka ingin hidup tenang, membangun masa depan, dan bebas dari tekanan baik dari aparat maupun kelompok bersenjata. Kini, suara mereka mulai lantang: “Cukup sudah. Rakyat ingin damai. Bukan dijadikan alat, apalagi korban.” (Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |