PAPUA - Aksi kekerasan dan ancaman yang dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali memicu krisis di wilayah Papua, kali ini menghambat distribusi logistik vital yang mengancam kehidupan masyarakat di pedalaman. Warga sipil yang sangat bergantung pada suplai bahan pokok dari luar kini menghadapi kelangkaan barang dan kebutuhan dasar yang semakin mendesak. Kamis 29 Mei 2025.
Dalam beberapa pekan terakhir, konvoi logistik yang berusaha menuju daerah-daerah seperti Nduga, Intan Jaya, Pegunungan Bintang, dan Yahukimo mengalami hambatan serius. Para sopir dan pengantar logistik merasa terancam karena sering kali menjadi sasaran penyergapan dan pemalakan oleh kelompok OPM.
Pdt. Menase Tabuni, seorang tokoh masyarakat dari Kabupaten Nduga, mengungkapkan rasa prihatin atas kondisi ini. "Masyarakat di pedalaman tidak bisa tanam semua kebutuhan sendiri. Mereka butuh beras, garam, minyak, obat-obatan. Kalau logistik tidak masuk, yang menderita adalah rakyat kecil, " ujarnya dengan nada cemas.
Lebih lanjut, Tabuni menyatakan bahwa beberapa kampung mulai mengalami kelaparan karena persediaan makanan yang hampir habis. Warga kini sangat tergantung pada kedatangan bantuan logistik, namun tidak ada jaminan keamanan bagi pengantar logistik yang biasanya rutin datang.
Kondisi serupa juga diungkapkan oleh Kepala Distrik Dal, Kabupaten Yahukimo, Yulius Kobak. Ia menjelaskan bahwa gangguan yang dilakukan oleh OPM tidak hanya menghambat proses pembangunan, tetapi juga merusak program-program pemerintah seperti distribusi bantuan sosial. "Kami sudah siapkan program bantuan sembako untuk warga miskin. Tapi setiap kali kendaraan hendak masuk, ada ancaman dari OPM. Sopir takut, relawan takut, ini sangat menghambat, " ungkap Yulius. Kamis (29/05/2025).
Kelompok separatis OPM diketahui sering melakukan penyanderaan atau bahkan menembaki kendaraan yang dicurigai membawa logistik, dengan alasan menentang segala bentuk program dari pemerintah Indonesia. Padahal, bantuan yang dikirimkan tersebut ditujukan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat Papua.
Tindakan OPM ini mengundang kecaman dari berbagai kalangan. Dr. Albertus Wonda, seorang pemerhati sosial Papua, menilai bahwa tindakan kelompok separatis justru menciptakan lingkaran penderitaan yang berkepanjangan bagi rakyat Papua.
"Ini ironis. Kelompok yang mengaku membela rakyat, justru menghalangi rakyat untuk hidup layak. Rakyat Papua tidak butuh kekerasan. Mereka butuh makanan, pendidikan, kesehatan, dan kedamaian, " tegasnya.
Di tengah situasi yang semakin sulit ini, masyarakat Papua berharap agar keadaan keamanan segera membaik, sehingga mereka dapat kembali menerima bantuan logistik yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Pemerintah dan aparat keamanan pun diminta untuk segera bertindak guna memastikan kelancaran distribusi logistik, mengakhiri penderitaan yang tengah dialami oleh rakyat Papua. (***/Red)