Tangis Ilaga di Tengah Teror: Warga Papua Bangkit Melawan Kekejaman OPM Pimpinan Numbuk Telenggen

10 hours ago 6

PAPUA - Langit Distrik Ilaga kembali menghitam, bukan karena awan mendung, tetapi karena asap dari rumah-rumah yang dibakar oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Numbuk Telenggen. Di tanah yang mestinya jadi tempat tumbuh harapan, teror justru ditebar tanpa belas kasihan.

Jumat (11/7/2025), masyarakat Ilaga menyuarakan amarah dan kesedihan mendalam setelah wilayah mereka menjadi korban aksi brutal yang membabi buta. Rumah penduduk, sekolah, bahkan fasilitas umum tak luput dari pembakaran. Suara tembakan dan jerit ketakutan kembali menghantui hari-hari mereka.

“Mereka datang bukan untuk perjuangkan rakyat. Mereka bakar rumah kami, hancurkan sekolah anak-anak kami, dan buat kami hidup dalam ketakutan. Ini bukan perjuangan, ini kehancuran!” tegas Yulianus Murib, Kepala Kampung Ilaga Utara, matanya tajam penuh kemarahan.

OPM, Pengkhianat Rakyat Papua Sendiri

Alih-alih memperjuangkan hak-hak masyarakat, aksi Numbuk Telenggen justru meninggalkan luka dan trauma. Masyarakat yang sebelumnya hidup tenang di tengah alam Ilaga kini tercerai-berai, kehilangan ladang, tempat tinggal, dan yang paling menyakitkan rasa aman.

Pendeta Simon Tabuni, tokoh gereja dan panutan spiritual di Ilaga, mengaku tak bisa lagi membendung kesedihan jemaatnya.

“Kami mengajarkan kasih dan damai di gereja. Tapi yang mereka sebarkan adalah kebencian dan peluru. Mereka telah mencoreng nilai-nilai adat dan kemanusiaan orang Papua, ” ucap Pendeta Simon lirih.

Ia juga menyampaikan kekhawatirannya atas kondisi psikologis anak-anak yang mulai menunjukkan gejala trauma berat, kehilangan semangat belajar, dan ketakutan beraktivitas di luar rumah.

Duka yang Menyatukan Perlawanan

Aksi-aksi kelompok OPM kini tak hanya dianggap sebagai ancaman keamanan, tapi juga pengkhianatan terhadap martabat rakyat Papua sendiri. Bukan hanya infrastruktur yang mereka hancurkan, melainkan juga tatanan sosial dan kepercayaan antarwarga.

Warga menyadari bahwa yang mereka butuhkan bukanlah perang dan perpecahan, tetapi pembangunan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan yang layak. Dan apa yang dilakukan Numbuk Telenggen hanya semakin menjauhkan mereka dari semua itu.

Harapan Tak Pernah Padam

Meski luka itu dalam, semangat warga Ilaga tidak padam. Mereka kini bersatu, menolak segala bentuk kekerasan dan propaganda yang dibawa OPM. Dukungan terhadap negara dan aparat keamanan terus menguat, karena masyarakat menyadari bahwa kedamaian tidak bisa lahir dari senjata, tapi dari persatuan dan kasih sayang.

“Kami ingin damai. Kami ingin anak-anak kami bisa sekolah tanpa takut. Kami ingin hidup seperti warga Indonesia lainnya. Bukan jadi tamu di tanah sendiri, ” ujar seorang ibu dengan suara lirih namun penuh harapan.

Kesimpulan: Papua Adalah Rumah Damai, Bukan Arena Perang

Aksi brutal kelompok separatis bukanlah suara rakyat Papua. Ia hanyalah bayang-bayang kelam dari ambisi yang merusak dan tak bermoral. Hari ini, Ilaga berduka. Tapi dari duka itu, muncul nyala perlawanan bukan dengan senjata, tetapi dengan keberanian untuk berkata cukup. (Apk/Agung)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |