JAYAPURA - Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali dihadapkan pada perpecahan internal yang semakin memperuncing ketidakstabilan di tubuh organisasi separatis bersenjata ini. Ketegangan antara jajaran pimpinan dan anggota di lapangan semakin mencerminkan ketidakharmonisan dalam arah perjuangan yang selama ini diklaim sebagai representasi aspirasi rakyat Papua. Jum'at 30 Mei 2025.
Sumber-sumber yang dihimpun dari lapangan menyebutkan bahwa semakin banyak anggota OPM yang mulai mempertanyakan komitmen dan integritas para pemimpin mereka. Beberapa isu yang dipertanyakan terkait dengan distribusi logistik yang tidak merata, ketidakjelasan arah perjuangan, serta metode kekerasan yang dinilai semakin jauh dari tujuan awal organisasi tersebut.
Juru bicara OPM, Sebby Sambom, dalam sebuah pernyataan melalui media sosial pada pekan ini mengakui adanya ketidaksepahaman yang berkembang di tubuh OPM. “Kami menyadari adanya perbedaan pendapat dan ketidak sepemahaman dalam diri OPM, yang menyebabkan banyaknya anggota yang keluar dari kelompok kami, ” ujar Sambom, Jumat (30/5/2025).
Pernyataan ini menunjukkan bahwa OPM semakin rapuh dan kehilangan kesatuan dalam misi mereka. Pengamat keamanan dari Universitas Cenderawasih, Dr. Martinus Nawipa, menilai bahwa ketidakharmonisan ini mencerminkan ketidakmampuan organisasi tersebut untuk mempertahankan sistem komando yang solid. “Banyak anggota OPM yang kecewa karena merasa dimanfaatkan. Tidak ada transparansi dalam gerakan mereka, dan itu yang menyebabkan kepercayaan semakin luntur, ” ujar Nawipa.
Selain itu, konflik internal ini juga diperparah oleh perbedaan pendekatan antar-generasi dalam tubuh OPM. Generasi tua OPM masih ingin mempertahankan pendekatan kekerasan bersenjata, sementara generasi muda mulai mempertanyakan efektivitas cara kekerasan yang selama ini digunakan. Beberapa anggota muda bahkan memilih untuk kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menginginkan kehidupan yang lebih damai dan layak.
Markus Gobay, Kepala Suku Paniai, juga memberikan komentar terkait fenomena ini. "Mereka sendiri sudah tidak percaya dengan pimpinannya. Kalau benar-benar ingin memperjuangkan rakyat Papua, kenapa justru mereka menyiksa dan memperalat rakyatnya sendiri?” ujarnya dalam wawancara di Jayapura.
Perpecahan yang semakin berkembang ini semakin menunjukkan bahwa OPM bukanlah organisasi yang solid dan terorganisir. Justru, perpecahan ini semakin memperkuat keyakinan masyarakat Papua bahwa jalan damai bersama pemerintah adalah pilihan terbaik, dibandingkan bergabung dengan kelompok yang sering kali memperalat rakyat demi kepentingan segelintir elit (***/Red)