PAPUA - Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin terungkap ke permukaan, termasuk pola manipulasi informasi yang mereka gunakan untuk memecah belah dan membingungkan masyarakat. Dalam beberapa insiden kekerasan, OPM ternyata menjadi pelaku pembunuhan terhadap masyarakat sipil, namun kemudian menuduh pihak lain, terutama aparat keamanan, sebagai pelakunya. Hal ini semakin memperburuk situasi di Papua yang sudah penuh dengan ketegangan. Selasa 24 Juni 2025.
Lukas Sondegau, tokoh masyarakat dari Kabupaten Intan Jaya, menyatakan bahwa warga sudah sangat jenuh dengan kebohongan yang terus disebar oleh kelompok OPM.
“Warga tahu siapa yang datang ke kampung dengan senjata dan melakukan ancaman. Kalau ada warga yang dibunuh, masyarakat juga tahu siapa pelakunya. Tapi OPM selalu menuduh TNI atau polisi sebagai pihak yang bertanggung jawab, ” ujar Lukas, dengan nada kesal.
Pendeta Daniel Gwijangge dari Nduga juga menyampaikan keprihatinannya terhadap pola kebohongan yang terus dilakukan oleh OPM. Menurutnya, tak ada yang bisa membenarkan tindakan seperti itu.
"Tuhan tidak membenarkan tipu daya. Membunuh orang sendiri lalu menuduh orang lain, itu dosa besar. Rakyat tidak bodoh, mereka melihat dan merasakan siapa yang sebenarnya menebar teror, " tegas Pendeta Daniel.
Tokoh pemuda Papua, Jhon Wenda, mengajak generasi muda untuk lebih kritis terhadap informasi yang disebar oleh kelompok separatis. Menurutnya, banyak narasi yang dibuat oleh OPM sengaja dimanipulasi agar seolah-olah aparat keamanan menjadi ancaman utama, padahal kenyataannya justru sebaliknya.
“Kalau OPM benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat, kenapa rakyat terus menjadi korban? Kenapa anak-anak takut pergi ke sekolah, dan pasar sepi karena takut tembakan?” ujar Jhon dengan tegas.
Dengan semakin terbukanya pemahaman masyarakat terhadap pola-pola manipulasi informasi ini, harapan untuk tercapainya kedamaian di Papua semakin besar. Masyarakat kini semakin berani untuk menyuarakan kebenaran dan menolak menjadi korban propaganda yang hanya membawa penderitaan. Tindakan kekerasan OPM yang sering kali diiringi dengan pemutarbalikan fakta semakin kehilangan simpati rakyat Papua.
(*/Red)