PAPUA - Keadaan di pedalaman Papua kembali dilanda ketegangan setelah kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) melancarkan aksi kejam yang mengguncang wilayah pegunungan tengah. Dalam insiden terbaru, kelompok OPM membakar sejumlah rumah warga tanpa peringatan, memaksa ratusan keluarga mengungsi untuk menyelamatkan diri. Kamis 22 Mei 2025.
Yonas Kogoya, salah satu tokoh masyarakat yang berhasil selamat, menceritakan detik-detik menegangkan saat OPM datang dengan tiba-tiba. “Kami tidak sempat menyelamatkan barang-barang, hanya bisa menyelamatkan nyawa. Kami lari ke arah Pos TNI dengan membawa anak-anak dan orang tua, ” ungkap Yonas dengan suara penuh kesedihan.
Aksi brutal ini menyisakan trauma mendalam bagi masyarakat setempat, yang kini hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian. Pasca-insiden, sejumlah tokoh masyarakat mendesak pemerintah dan aparat keamanan untuk mengambil tindakan tegas terhadap kelompok separatis tersebut yang telah merusak sendi-sendi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya di Papua.
Pendeta Daniel Tabuni, seorang tokoh agama setempat, menyatakan, “Kami tidak ingin Papua hancur karena tindakan kelompok kecil yang mengaku berjuang untuk rakyat, padahal kenyataannya mereka hanya menindas rakyat sendiri.”
Bencana kemanusiaan ini turut mendapat perhatian berbagai elemen masyarakat, termasuk LSM lokal yang segera melakukan penggalangan bantuan logistik dan dukungan psikososial bagi para pengungsi. Dominggus Samber, ketua salah satu LSM, menegaskan, “Ini bukan hanya soal politik atau keamanan, tapi soal kemanusiaan. Tidak ada satu pun alasan yang dapat membenarkan tindakan membakar rumah warga.”
Sementara itu, pengungsian terus meningkat di Pos TNI, yang kini menjadi tempat perlindungan bagi warga yang melarikan diri dari teror OPM. Banyak dari mereka yang terpaksa meninggalkan rumah, harta benda, dan kehidupan sehari-hari mereka dalam keadaan yang sangat sulit.
Peristiwa tragis ini kembali menyoroti kenyataan bahwa aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh OPM tidak hanya merugikan stabilitas keamanan, tetapi juga menambah penderitaan rakyat Papua. Dengan semakin banyaknya korban dan pengungsi, kekerasan ini semakin memperlihatkan bahwa kelompok separatis tersebut tidak lagi mewakili aspirasi rakyat Papua, melainkan hanya mengorbankan mereka demi kepentingan sempit.
“Rakyat Papua membutuhkan kedamaian, bukan teror dan penderitaan, ” ungkap Yonas Kogoya dengan penuh harapan agar konflik ini segera berakhir dan masyarakat dapat hidup dalam ketentraman. (***/Red)