YAHUKIMO - Bukan suara tembakan, bukan pula derap langkah baris-berbaris yang menggetarkan tanah Yahukimo pagi itu. Tapi senyum, tawa, dan hangatnya sapaan para prajurit berseragam loreng ungu Marinir TNI AL yang membaur di antara mama-mama Papua dalam sebuah pasar dadakan yang penuh cinta dan harapan.
Sabtu, 10 Mei 2025, Kampung Kokamu menjadi saksi hidup dari sebuah kisah kemanusiaan yang indah. Di sinilah prajurit Satgas Yonif 1 Marinir, yang dipimpin oleh Danpos Bravo, tak hanya menjalankan tugas menjaga perbatasan negara. Mereka hadir sebagai kawan, keluarga, bahkan sebagai tangan harapan bagi masyarakat.
ROSITA: Bukti Cinta dari Loreng untuk Ladang
Program ROSITA (Borong Hasil Tani) menjadi perwujudan nyata kepedulian. Dalam kegiatan ini, para prajurit memborong langsung hasil kebun milik warga. Tidak ada protokol ketat, tidak ada batasan antara seragam dan sarung. Yang ada hanyalah kehangatan kemanusiaan yang tak bisa dipalsukan.
Mama-mama Papua, yang biasanya harus berjalan jauh demi menjajakan dagangannya, kini tersenyum lebar saat hasil kebun mereka ludes dibeli para prajurit. Senyum mereka bukan hanya karena dagangan laku, tetapi karena merasa dihargai, diperhatikan, dan didampingi.
"Kami ingin lebih dari sekadar menjaga. Kami ingin menjadi bagian dari mereka, tumbuh bersama masyarakat Papua, " ujar Letkol Marinir Siswanto, Dansatgas Yonif 1 Marinir, dengan mata berbinar.
Lebih dari Sekadar Transaksi
Dalam riuh rendah pasar yang mendadak tumbuh di halaman kampung itu, terselip pesan-pesan damai. Para prajurit tak hanya membawa uang untuk belanja, mereka juga menyebarkan nilai: pentingnya hidup sehat, menjaga keamanan lingkungan, dan menguatkan toleransi di tengah keberagaman.
Di tengah momen sederhana itu, tersirat filosofi besar: pengabdian tak selalu dalam bentuk senjata, kadang cukup dengan mendengarkan, hadir, dan memberi senyum.
Apresiasi Pangkoops Habema: Ini TNI yang Kami Banggakan!
Mayjen TNI Lucky Avianto, Pangkoops Habema, memberikan penghormatan tinggi atas kegiatan ini. Baginya, ROSITA adalah simbol kehadiran TNI yang humanis dan membumi.
"Inilah TNI yang kita impikan: hadir untuk melindungi, menyentuh hati, dan menjadi bagian dari solusi. Yonif 1 Marinir telah menunjukkan bahwa kekuatan sejati bukan hanya di senjata, tapi juga di kepedulian, " tegas Mayjen Lucky dengan bangga.
Ia menambahkan bahwa kegiatan serupa akan terus digencarkan di wilayah-wilayah operasi lainnya, untuk menjadikan Papua sebagai rumah bersama yang aman dan sejahtera.
Loreng Tak Selalu Garang, Kadang Menjadi Pelukan Hangat
Di Kampung Kokamu, seragam loreng tak lagi menjadi simbol kekuatan semata. Ia menjelma menjadi pelukan, menjadi pelindung, menjadi jembatan antara negeri dan rakyat. Dari ladang ke tangan Marinir, dari hasil bumi ke harapan baru sebuah simfoni kebaikan terus bergema di tanah Papua.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono