Ketika Program Pusat Tak Menyentuh Tanah: Rakyat Hanya Dapat Janji, Bukan Solusi

19 hours ago 5

Mesuji, Lampung – Di satu sudut desa yang sunyi di Mesuji Timur, suara rakyat kecil terdengar lantang. Bukan karena marah, tapi karena lelah. Lelah berharap pada program-program pemerintah yang dikemas indah dari pusat, tapi tak pernah benar-benar menyentuh kenyataan hidup di bawah.

“Mau sebanyak apapun program di daerah, kalau program pusat berkesimpangan dengan kenyataan hidup kami di bawah, semuanya percuma. Sama saja bohong, ” ucap seorang petani tua dengan sorot mata kosong, sembari menatap ladangnya yang kian kering, bukan hanya karena musim, tapi juga karena harapan yang memudar. Rabu [30/07/25]

Program demi program memang datang, baik lewat aspirasi maupun skema pembangunan nasional. Tapi dalam praktiknya, tak sedikit dari program itu justru menimbulkan kesenjangan. Bansos yang tak merata, bantuan pertanian yang "berbayar", hingga proyek-proyek infrastruktur yang tak mampu menghidupkan ekonomi lokal.

Apa gunanya jalan dibeton, kalau harga beras tak terbeli? Apa gunanya data kemiskinan turun di laporan, kalau di dapur warga api tak lagi menyala?

“Yang benar adalah, bagaimana caranya bisa menghidupi kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Bukan sekadar pamer program, ” lanjut warga lain, seorang ibu rumah tangga yang kini harus mengurangi jatah makan anaknya demi membayar utang harian di warung.

Fenomena ini bukan hanya terjadi di Mesuji. Di banyak daerah lain pun, suara serupa menggema. Rakyat tak menolak pembangunan, mereka hanya meminta agar pembangunan itu nyata. Berpihak. Bermanfaat.

Saat harga-harga terus naik, daya beli merosot, dan lapangan kerja sulit didapat, rakyat hanya ingin satu hal: hidup yang layak. Bukan janji, tapi bukti.

Dan ketika pemerintah pusat gagal membaca suara ini, maka sebaik apapun program daerah tak akan mampu membendung derasnya rasa kecewa. [Tim 007 Lampung/RI]

Read Entire Article
Karya | Politics | | |