Kemerdekaan Semu: Masyarakat Papua Bongkar Kepentingan Elit di Balik Gerakan OPM

5 hours ago 5

PAPUA - Kesadaran masyarakat Papua terhadap realitas gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin menguat. Dalam berbagai forum dan ruang diskusi publik, warga mulai angkat suara, menyuarakan kekecewaan mereka terhadap janji kemerdekaan yang ternyata hanya dinikmati oleh segelintir elit OPM yang hidup nyaman di luar negeri.

Tokoh adat Kabupaten Puncak, Yance Murib, dengan lantang mengkritisi arah perjuangan OPM yang dianggap menyimpang dari semangat membela rakyat. Ia menyebut bahwa rakyat kecil justru menjadi korban utama, sementara para pemimpin OPM tinggal tenang di luar negeri, jauh dari konflik.

“Yang hidup enak itu hanya para pemimpin OPM di luar negeri. Mereka tidak merasakan kelaparan, tidak kehilangan keluarga, tidak diteror. Tapi rakyat di sini dijadikan tameng. Ini bukan perjuangan—ini manipulasi, ” tegas Yance saat menghadiri forum warga di Ilaga, Jumat (18 Juli 2025).

Rakyat Dijadikan Alat, Bukan Tujuan

Kritik senada datang dari Pendeta Samuel Wanimbo, tokoh gereja di Lanny Jaya. Dalam khutbah Minggunya, ia menyayangkan bahwa OPM terus menjual narasi perjuangan, padahal rakyat justru tidak mendapatkan manfaat apa pun.

“Apa yang rakyat dapat? Pendidikan? Tidak. Kesehatan? Tidak. Malah guru diusir, sekolah dibakar, dan warga ditakut-takuti. Ini bukan jalan keadilan, ini penindasan oleh kelompok sendiri, ” ujarnya.

Generasi Muda Papua Menolak Jadi Alat Propaganda

Penolakan terhadap gerakan OPM kini juga datang dari kalangan muda. Tokoh pemuda Dogiyai, Dorman Nawipa, menyatakan bahwa semakin banyak generasi muda Papua yang sadar bahwa janji kemerdekaan hanyalah topeng untuk kepentingan kelompok elite.

“Kami tidak mau jadi pion. Kami ingin membangun Papua lewat damai, pendidikan, ekonomi, dan kolaborasi. OPM tidak membawa harapan, hanya konflik dan kemunduran, ” tegasnya.

Mantan Simpatisan Buka Suara: "OPM Itu Otoriter"

Beberapa mantan anggota dan simpatisan OPM yang telah kembali ke pangkuan NKRI juga mengonfirmasi bahwa struktur gerakan OPM tidak demokratis. Keputusan-keputusan penting selalu diambil oleh elite terbatas tanpa melibatkan suara rakyat atau kader di lapangan.

“Kami dulu percaya ini perjuangan rakyat. Tapi kenyataannya, semua dikendalikan oleh segelintir orang yang hanya pikirkan posisi dan kekuasaan, ” ujar salah satu eks anggota OPM yang enggan disebutkan namanya demi keamanan.

Papua Bangkit Lewat Persatuan, Bukan Separatisme

Gelombang kesadaran ini menunjukkan bahwa narasi perjuangan OPM kian kehilangan tempat di hati masyarakat. Rakyat Papua kini menuntut perubahan nyata: akses pendidikan, layanan kesehatan, dan pembangunan ekonomi—bukan mimpi kemerdekaan yang penuh konflik dan manipulasi.

“Papua tidak butuh senjata, tapi butuh harapan. Dan harapan itu hanya bisa tumbuh dalam damai, bukan dalam bayang-bayang elit OPM yang menjual ilusi dari kejauhan, ” tutup Yance Murib.

(Apk/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |