Indonesia Emas 2045, Peran Krusial Bonus Demografi dan Kontribusi Media

6 hours ago 3

Penulis: Dedik Sugianto
Ketua Pokja Wartawan Ngopi Bangga Kencana BKKBN Jawa Timur

Pos Sindikat, Surabaya - Tahun 2045 adalah pemandangan yang kian mendekati Indonesia. Bukan sekadar penanda waktu, melainkan sebuah janji dan tantangan besar untuk mencapai status sebagai negara maju dan sejahtera, yang dikenal sebagai Indonesia Emas 2045. Di jantung ambisi ini terletak fenomena demografi yang monumental, yaitu bonus demografi.

Bonus demografi adalah periode di mana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar dibandingkan penduduk non-produktif (anak-anak dan lanjut usia). Ini adalah jendela peluang emas yang hanya datang sekali dalam sejarah suatu bangsa, menawarkan potensi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang luar biasa jika dikelola dengan bijak.

Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan bahwa puncak bonus demografi di Indonesia akan terjadi pada tahun 2030-2040. Pada periode ini, rasio ketergantungan diperkirakan mencapai titik terendah sekitar 44, 1 persen pada tahun 2030.

Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif hanya mencakup 44 penduduk non-produktif. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rasio ketergantungan pada tahun 2020 yang sebesar 47, 4 persen, dan terus menurun dari puncaknya pada tahun 1970-an yang mencapai lebih dari 80 persen.

Dengan mayoritas penduduk berada di usia produktif, Indonesia memiliki ketersediaan sumber daya manusia muda dan energik yang siap berkontribusi pada berbagai sektor ekonomi, peningkatan daya beli dan konsumsi masyarakat yang mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, dan potensi inovasi yang tinggi dari generasi muda yang lebih melek teknologi serta memiliki semangat kewirausahaan dapat menjadi motor penggerak inovasi.

Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa negara-negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi dengan baik dapat mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan signifikan. Contohnya adalah negara-negara "Macan Asia" seperti Korea Selatan dan Taiwan yang berhasil melakukan lompatan ekonomi luar biasa dengan memaksimalkan potensi bonus demografi mereka di paruh kedua abad ke-20. Mereka berinvestasi besar-besaran pada pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, serta menciptakan iklim investasi yang menguntungkan.

Tantangan dalam Mengoptimalkan Bonus Demografi

Bonus demografi tak ubahnya pedang bermata dua. Ia bisa menjadi akselerator kemajuan atau justru bom waktu jika tidak dikelola dengan bijak. Untuk mengubah potensi ini menjadi kenyataan, diperlukan investasi besar di sektor-sektor kunci.

Disektor pendidikan, harus melahirkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan industri masa depan, dilengkapi keterampilan abad ke-21 seperti pemikiran kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.

Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan adanya upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui berbagai program, seperti Kurikulum Merdeka dan revitalisasi pendidikan vokasi.

Namun tantangan disparitas kualitas antara wilayah perkotaan dan pedesaan masih signifikan. Menurut data Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kemendikbudristek, akses terhadap fasilitas pendidikan berkualitas tinggi, guru yang kompeten, dan sarana prasarana yang masih memadai di timpang, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2022 menunjukkan bahwa nilai literasi, numerasi, dan sains siswa Indonesia masih di bawah rata-rata OECD, menandakan perlunya perbaikan mendasar dalam kualitas pembelajaran.

Disektor kesehatan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia terus menunjukkan kemajuan, mencapai 74, 39 pada tahun 2023. Namun, tantangan dalam akses dan kualitas layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil, serta masalah stunting pada anak, masih perlu mendapat perhatian serius.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia masih berada di angka 19, 8% pada tahun 2024, meskipun telah menunjukkan penurunan signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Stunting dapat berdampak jangka panjang pada kualitas sumber daya manusia.

Disektor lapangan kerja, harus tersedia untuk menyerap jutaan talenta muda yang siap berkarya, terutama di sektor-sektor ekonomi yang bernilai tinggi dan berkelanjutan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia, khususnya di kalangan pemuda (usia 15-24 tahun), masih menjadi isu yang perlu diatasi. Pada Februari 2024, TPT untuk kelompok umur 15-24 tahun mencapai 18, 72%, jauh lebih tinggi dari TPT nasional sebesar 4, 82% (Sumber: BPS). Hal ini mengindikasikan adanya kesenjangan antara ketersediaan pekerjaan dan kualifikasi pencari kerja muda.

Jika tidak, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana kemiskinan massal, ketimpangan sosial yang meruncing, dan bahkan potensi instabilitas sosial. Tingginya angka penurunan di kalangan pemuda dapat memicu kekecewaan, menurunnya daya beli masyarakat, dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi.

Peran Krusial Media dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Memimpin Indonesia Emas 2045 dengan memanfaatkan bonus demografi memerlukan visi yang jelas, strategi yang matang, dan pelaksanaan yang konsisten dari pemerintah. Namun, keberhasilan ini tidak semata-mata menjadi tanggung jawab negara.

Seluruh elemen masyarakat, termasuk individu, keluarga, komunitas, sektor swasta, dan tak terkecuali media, memiliki peran vital. Media, dengan jangkauan dan pengaruhnya yang luar biasa, memiliki tanggung jawab besar dalam menyukseskan transisi ini melalui berbagai fungsi.

Banyak masyarakat yang mungkin belum sepenuhnya memahami penerapan bonus demografi, baik potensi maupun risikonya. Media harus secara konsisten menyajikan informasi yang akurat, komprehensif, dan mudah dipahami tentang fenomena ini.

Ini termasuk menjelaskan mengapa pendidikan dan kesehatan menjadi investasi krusial, bagaimana kewirausahaan dapat menjadi solusi, dan mengapa setiap individu memiliki peran dalam mempersiapkan diri untuk masa depan.

Survei menunjukkan bahwa media massa, termasuk media online dan media sosial, menjadi sumber informasi utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia (Sumber: Lembaga Survei Populi Center, 2023). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya media dalam membentuk pemahaman dan opini publik.

Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, pasti akan ada kebijakan yang perlu dievaluasi, program yang perlu diperbaiki, dan praktik yang perlu dikoreksi. Media harus berani menyuarakan kritik yang berbasis data dan fakta, memberikan sorotan terhadap isu-isu yang menghambat pemanfaatan bonus demografi, seperti kualitas pendidikan yang belum merata, tantangan kemiskinan yang terdidik, ketimpangan akses terhadap layanan kesehatan.l, dan korupsi yang menghambat investasi di sektor-sektor kunci.

Dengan demikian, media mendorong akuntabilitas dan transparansi dalam tata kelola pemerintahan, memastikan sumber daya dialokasikan secara efektif untuk kepentingan bangsa.

Berita negatif seringkali lebih "menjual", namun media juga memiliki kekuatan untuk mengangkat kisah-kisah sukses, mempromosikan inovasi, dan menginspirasi generasi muda. Menampilkan profil anak muda yang berhasil menciptakan lapangan kerja, menggalang gerakan sosial yang berdampak, atau berprestasi di kancah internasional, dapat menumbuhkan optimisme dan motivasi.

Media bisa menjadi platform bagi ide-ide cemerlang untuk menyebarkan, mendorong kolaborasi antarpihak, dan membangun narasi positif tentang masa depan Indonesia. Kisah-kisah inspiratif ini penting untuk menumbuhkan keyakinan bahwa Indonesia mampu mencapai target Indonesia Emas 2045.

Di era digital, informasi menyebar dengan kecepatan kilat, dan tidak semua informasi tersebut benar. Hoaks dan disinformasi dapat menghambat upaya persiapan bonus demografi, misalnya dengan menyebarkan ketakutan akan persaingan kerja, menyiarkan pentingnya penyiaran, atau menyebarkan narasi negatif tentang investasi asing.

Media harus menjadi garda terdepan dalam verifikasi fakta, menyajikan informasi yang kredibel, dan mengedukasi masyarakat tentang literasi digital. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan peningkatan kasus hoaks, terutama terkait isu sosial dan politik, yang perlu diwaspadai dan ditangani secara serius. Media memiliki peran vital dalam membangun masyarakat yang cerdas dan kritis dalam menerima informasi.

Namun, peran penting ini tidak datang tanpa tantangan bagi industri media itu sendiri. Media massa harus beradaptasi dengan lanskap digital yang terus berubah, menginginkan bisnis mereka sambil tetap menjaga independensi dan etika jurnalistik.

Tantangan lainnya adalah menghindari sensasionalisme dan polarisasi, serta fokus pada isu-isu substantif yang benar-benar berdampak pada masa depan bangsa. Keberlanjutan media finansial yang berkualitas akan menentukan kemampuannya untuk terus berkontribusi secara optimal.

Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa momen bonus demografi adalah kesempatan langka yang harus dioptimalkan. Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global pada tahun 2045, bukan sekedar negara dengan populasi besar, namun negara dengan kualitas sumber daya manusia yang unggul, berdaya saing, dan inovatif.

Dalam perjalanan ini, media bukan sekadar cermin realitas, namun juga lentera yang berakhir di jalan, kompas yang menunjukkan arah, dan megafon yang melambangkan harapan. Dengan berusaha optimal, media akan menjadi mitra strategi yang tak tergantikan dalam mewujudkan mimpi besar Indonesia Emas 2045.@Red.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |