Hari Kebebasan Pers Sedunia di Tengah Tantangan Global

2 days ago 9

JAKARTA – Memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia sebagai momentum penting untuk menegaskan kembali peran vital jurnalisme bebas dalam menjaga demokrasi dan menyuarakan kebenaran. Acara tersebut berlangsung di ruang VIP Hall Dewan Pers, Jakarta, Jumat (09/05/2025).

Dalam konferensi pers tersebut, Tri Agung Kristanto, anggota Dewan Pers yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Pendidikan, menyampaikan bahwa kebebasan pers merupakan fondasi utama dalam kehidupan demokrasi yang sehat.

Tri Agung Kristanto menegaskan bahwa pers yang bebas dan independen adalah syarat mutlak bagi demokrasi yang sehat.

“Tanpa pers yang bebas dan independen, masyarakat kehilangan hak untuk mengetahui kebenaran. Ini bukan hanya soal media, ini soal demokrasi, ” tegas Tri Agung Kristanto.

Di sisi lain, generasi muda kini semakin terlibat dalam mendorong kebebasan berekspresi melalui platform digital dan media alternatif. Banyak komunitas jurnalis warga bermunculan, menunjukkan bahwa suara publik tidak dapat dibungkam meski tekanan terus ada.

Tak hanya membahas tantangan klasik seperti kekerasan terhadap jurnalis, konferensi ini juga menyoroti dampak perkembangan teknologi terhadap dunia pers, khususnya penggunaan kecerdasan buatan (AI). Menurut Tri Agung, AI membawa dua sisi mata uang dalam industri media.

“Nilai positifnya, AI dapat membantu mempercepat proses penulisan berita. Namun di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa hal ini bisa meningkatkan pengangguran di kalangan wartawan, ” ungkapnya.

Sebelumnya kita mengalami perkembangan teknologi informasi yang kemudian memunculkan tantangan buat sejumlah media, dan banyak media yang kemudian berguguran, tetapi juga memberikan oportunitas atau memberikan kepeluang dengan lahirnya media-media online. Nah, dampak dari teknologi adalah munculnya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence. kecerdasan buatan ini sekarang semakin pinter, karena bahkan sudah bisa bikin cerita sendiri, tinggal masukkan datanya, bahkan dalam beberapa kasus generatif AI atau kecerdasan buatan yang generatif ini, sudah bisa mengoleh datanya sendiri, bahkan kemudian bisa menanyakan balik kepada si publik yang menggunakan, termasuk ke wartawan, ” ucapnya.

“Sekarang AI bahkan sudah bisa mengolah data sendiri, menanyakan kebutuhan pengguna, termasuk wartawan. Kemampuan generatif ini jauh melampaui robotic journalism terdahulu, ” lanjut Tri Agung Kristanto.

Tri Agung Kristanto juga menekankan pentingnya adaptasi di kalangan wartawan. Jika tidak mampu mengembangkan kompetensi atau mengeksplorasi nilai-nilai jurnalism yang bersifat humanis dan investigatif, maka profesi wartawan bisa tergilas zaman.

Namun, lembaga pendidikan dan budaya perserikatan bangsa bangsa itu mengingatkan, AI juga membawa resiko adanyan misinformasi dan disinformasi yang dihasilkan oleh teknologi deepake moderasi konten yang bias dan ancaman pengawasan terhdap jurnalis. Selain itu, pertan AI dalam model bisnis media menimbulkan kekhawatiran tentang remunerasi yang adil untuk konten jurnalistik dan kelangsungan media.

“Wartawan harus tetap turun ke lapangan, mencari perspektif yang tak bisa dilakukan oleh mesin. Kecerdasan buatan bisa menjadi ancaman, tapi juga peluang untuk kolaborasi. AI bisa meningkatkan efisiensi dan membuka ruang inovasi, asal digunakan dengan bijak, ” tutupnya

(Hendi)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |