Dari Tambak ke Wisata, Herman Djide: Mimpi yang Tidak Harus Mahal

13 hours ago 5

PANGKEP SULSEL - Kabupaten Pangkajene Kepulauan ( Pangkep) dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa, termasuk hamparan tambak yang tersebar di pesisir-pesisir desa. Selama ini, tambak lebih dikenal sebagai lahan produktif untuk budidaya udang atau ikan bandeng. Namun, siapa sangka, lahan yang terlihat sederhana ini menyimpan potensi wisata yang menjanjikan bila dikelola dengan pendekatan kreatif dan murah modal?

Mengubah tambak menjadi destinasi wisata bukanlah mimpi muluk. Justru, ini bisa menjadi langkah strategis untuk mengangkat ekonomi masyarakat pesisir. Di tengah tren wisata alam dan healing yang makin digandrungi, tambak bisa menjadi tempat favorit bagi mereka yang ingin menikmati keheningan, belajar budidaya, atau sekadar menikmati senja di atas jembatan kayu sederhana.

Kuncinya ada pada niat dan kreativitas. Tidak perlu langsung membangun resort megah atau fasilitas mahal. Cukup dengan membuat tempat duduk dari kayu bekas, toilet sederhana, serta spot foto yang estetik—tambak bisa berubah menjadi tempat wisata yang mengundang.

Banyak orang mencari tempat wisata yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Tambak menawarkan itu. Dengan suara gemericik air, angin sepoi dari laut, dan langit yang terbuka luas, pengunjung bisa menemukan ketenangan tanpa harus membayar mahal.

Tambak juga cocok menjadi ruang edukasi. Anak-anak sekolah bisa belajar langsung tentang ekosistem air, siklus budidaya ikan, hingga pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Ini bukan sekadar tempat jalan-jalan, tapi tempat belajar yang menyenangkan.

Lebih dari itu, konsep wisata tambak bisa menjadi model pemberdayaan masyarakat. Warga bisa menjual jajanan lokal, menyewakan alat pancing, bahkan menjadi pemandu wisata dadakan. Pemuda desa bisa menjadi konten kreator, membuat video promosi yang diunggah ke media sosial.

Dengan pendekatan kolaboratif, semua bisa terlibat. Pemerintah desa bisa memberi dukungan regulasi, karang taruna bisa menjadi motor penggerak, dan petambak bisa menjadi guru alam yang membagikan ilmunya. Ini adalah wisata yang bukan hanya menghibur, tapi juga menghidupkan.

Tidak semua destinasi wisata harus dimulai dengan dana besar. Bahkan, wisata berbasis tambak justru kuat karena kesederhanaannya. Ketulusan layanan, suasana alami, dan pengalaman langsung yang ditawarkan adalah nilai yang sulit dibeli dengan uang.

Bayangkan jika setiap desa pesisir memiliki satu tambak wisata. Selain menjadi sumber pendapatan baru, ini juga akan menjadi ikon kebanggaan lokal. Nama-nama desa akan semakin dikenal, bukan karena permasalahan, tapi karena prestasi dan inovasi.

Sudah waktunya melihat tambak bukan hanya sebagai lahan produksi, tapi juga sebagai potensi pariwisata desa. Langkah kecil seperti membangun jembatan bambu atau membuat tempat foto dari kayu bisa menjadi awal dari perubahan besar.

Tentu, prosesnya tidak instan. Tapi dengan kerja sama, mimpi itu bisa diwujudkan. Apalagi jika semangat gotong royong masih hidup di desa—modal sosial ini jauh lebih berharga daripada uang.

Kita tidak perlu malu untuk memulai dari yang sederhana. Justru dari kesederhanaan itulah keunikan bisa lahir. Wisata tambak bukan hanya soal tempat, tapi tentang cerita, semangat, dan wajah ramah masyarakatnya.

Mari bersama wujudkan tambak-tambak kita sebagai ruang wisata rakyat. Bukan hanya untuk ekonomi, tapi untuk kebanggaan desa yang lebih mandiri dan berdaya. 

Pangkep 29 Juli 2025

Herman Djide 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah DPD Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |