'The Sholawat of Power': Doa dari Kampung untuk Palestina dan Kebangkitan Umat

7 hours ago 5

BOJONEGORO — Sebuah peristiwa spiritual dan kebangkitan sosial berlangsung khidmat di Pondok Pesantren Ar-Rohmah, Desa Bulaklo, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro. Ribuan jamaah dari berbagai daerah hadir dalam acara “The Sholawat of Power”, sebuah gelaran haul akbar untuk mengenang KH. Ahmad Thoha Sidiq Ibrahim dan Nyai Hj. Siti Rohmah, serta haul KH. Hamim Jazuli atau Gus Miek dari Ploso, Kediri.

Lebih dari sekadar acara rutin tahunan, “The Sholawat of Power” menjadi wadah doa bersama untuk Palestina sekaligus momen konsolidasi spiritual dan sosial umat Islam, yang digelar bertepatan dengan masuknya bulan Muharram 1447 H—bulan suci yang membuka tahun baru Hijriyah. Tidak hanya itu, acara ini juga telah mendapatkan izin resmi dari Polres Bojonegoro, dan dijadwalkan berlangsung pada Kamis Legi, malam Jumat Pahing, 3 Juli 2025.

Muharram: Momentum Awal Tahun dan Refleksi Umat
Bulan Muharram adalah salah satu bulan paling dimuliakan dalam Islam. Di dalamnya, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, menjauhi pertikaian, dan memperkuat ikatan spiritual. Banyak peristiwa besar yang terjadi pada bulan ini. Tanggal 10 Muharram atau Hari Asyura dikenal sebagai hari ketika Nabi Musa dan Bani Israil diselamatkan dari kejaran Fir’aun. Pada hari yang sama, tobat Nabi Adam diterima, Nabi Nuh diselamatkan dari banjir besar, dan pintu-pintu rahmat Allah terbuka lebar bagi umat manusia.

Di momen yang sakral ini, umat Islam dianjurkan untuk melakukan puasa sunnah Tasu’a (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram), memperbanyak sedekah, memperbanyak dzikir dan sholawat, serta menjauhi kemaksiatan, syirik, dan segala bentuk perayaan yang bertentangan dengan nilai syariah.

Dari Desa Bulaklo, Doa Mengalir untuk Dunia
Dalam suasana penuh haru dan ketenangan malam, KH. Abdulloh Faqih, pengasuh Pondok Pesantren Ar-Rohmah dan tokoh utama di balik acara ini, mengajak seluruh jamaah untuk kembali pada jati diri umat: bersatu dan berjuang demi kemaslahatan bersama.

“Semua Muslim itu bersaudara. Sudah saatnya kita berpikir cerdas dan trengginas. Kiai kampung harus mendunia, bukan karena popularitas, tapi karena keberpihakannya pada umat, ” seru KH. Faqih di hadapan ribuan hadirin.

Acara ini pun melibatkan berbagai organisasi keislaman dan gerakan ekonomi umat, seperti Ikatan Dai Muda Indonesia, Yayasan Surya Nusantara Indonesia, Yayasan Pembangunan Pemukiman Haji Indonesia (Kampung Haji), Koperasi Dasantara, serta Gerakan Santri Nusantara (GSNU).

Kampung Haji: Gagasan Kemandirian Jemaah di Tanah Suci
Salah satu visi besar yang diangkat dalam acara ini adalah proyek Kampung Haji. Prof. Dr. KH. Muhammad Kurnia Hasanudin, atau dikenal sebagai Gusti Pangeran Haryo (GPH) Ratu Gajah Oyo, menjelaskan bahwa keluarganya telah memiliki dan mewakafkan tanah seluas 38, 6 hektare di Mekkah sejak tahun 1918. Tanah ini diperuntukkan bagi pemukiman jemaah haji Indonesia, sebagai solusi nyata atas krisis akomodasi jemaah yang setiap tahun kerap terjadi.

“Tanah itu sudah ada sejak zaman kakek saya. Kini saatnya dimanfaatkan untuk kepentingan jemaah Indonesia, agar tidak terus-terusan bergantung pada hotel dengan tarif tinggi dan keterbatasan tempat, ” jelas GPH Kurnia Hasanudin.

Proyek ini sudah diformalisasi dalam bentuk PT Pembangunan Pemukiman Haji Indonesia, dengan struktur kepengurusan yang melibatkan tokoh-tokoh nasional seperti Drs. H. Faried Husein sebagai direktur utama, KH. Abdulloh Faqih sebagai komisaris utama, Letjen TNI (Purn) H. Bibit Waluyo, dan H. Indra Wijaya sebagai Ketua Harian Yayasan.

Santri dan Pesantren: Pilar Ekonomi Umat
Tidak hanya spiritual, “The Sholawat of Power” juga menyuarakan pentingnya kebangkitan ekonomi umat berbasis pesantren dan koperasi. Dr. Ir. Hendri, ST., MT., Ketua Umum Koperasi Dasantara, menekankan bahwa pesantren memiliki potensi besar untuk memimpin perjuangan ekonomi masyarakat.

“Kita memiliki lebih dari 30.000 pesantren, jutaan santri, dan puluhan ribu desa. Ini bukan sekadar angka. Ini adalah kekuatan ekonomi raksasa jika digerakkan bersama dalam semangat syariah dan koperasi, ” tegasnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk bergabung dalam Koperasi Dasantara sebagai mitra produksi dan distribusi produk unggulan santri, yang siap menjadi tulang punggung kemandirian ekonomi umat.

Dari Desa, Menuju Peradaban
Acara ini ditutup dengan pembacaan sholawat bersama, doa untuk Palestina, dan seruan kebangkitan umat Islam dari desa dan pesantren. Sebuah momentum spiritual yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga menggerakkan langkah konkret untuk membangun kemandirian umat—secara ruhani maupun ekonomi.

“Dari desa kita bangkit, dari santri kita memimpin, dari ekonomi rakyat kita tegakkan martabat bangsa, ” pungkas KH. Abdulloh Faqih dalam doanya yang menggema di langit malam Bulaklo. (Ummat)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |